Efek Blog

Tuesday 10 June 2014

Pengobatan Herbal Penyakit Sirosis Hepatis (Cirrosis Hepar)


Sirosis Hepatis (Cirrhosis hepar) adalah
  1. Suatu kondisi di mana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut ini memengaruhi struktur normal dan regenerasi sel-sel hati. Sel-sel hati menjadi rusak dan mati sehingga hati secara bertahap kehilangan fungsinya.
  2. Kemunduran fungsi liver yang permanen yang ditandai dengan perubahan histopatologi. Perubahan histopatologi yang terjadi menyebabkan peninggian tekanan pembuluh darah pada sistem vena porta. Sebagai akibat dari peninggian tekanan vena porta, terjadi varises esophagus dan bila pecah terjadi muntah darah warna hitam (haematoemesis).
Epidemiologi Sirosis Hati

Lebih dari 40% pasien sirosis asimtomatis. Pada keadaan ini sirosis ditemukan waktu pemeriksaan rutin kesehatan atau pada waktu autopsy. Keseluruhan insidensi sirosis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus kronik. Hasil penelitian lain menyebutkan perlemakkan hati akan mengakibatkan steatohepatitis nonalkoholik (NASH, prevalensi 4%) dan berakhir dengan sirosis hati dengan prevalensi 0,3% juga. Di Indonesia data prevalensi sirosis hati belum ada, hanya laporan-laporan dari beberapa pusat pendidikan saja. Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta jumlah pasien sirosis hati berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun (2004) (tidak dipublikasikan). Di Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) pasien dari seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam.

Insidensi Sirosis Hepatis

Di seluruh dunia termasuk Indonesia data epidemiologis sirosis hepatis berbeda pada tiap-tiap negara. Insiden sirosis hepatis di China, Srilanka, dan India berkisar antara 4-7 %, Afrika Timur 6,7%, Chili 8,5% dan Amerika Serikat 2-4%. Di Indonesia sendiri belum terdapat data yang dapat merepresentasikan jumlah penderita sirosis hepatis secara akurat. Umumnya angka-angka yang berasal dari rumah-rumah sakit di kita-kota besar di Indonesia memperlihatkan bahwa penderita pria lebih banyak dari wanita dengan perbandingan antara 1,5 sampai 2 : 1. Secara umum diperkirakan angka insiden sirosis hepatis di rumah sakit seluruh Indonesia berkisar antara 0,6-14,5%.

Penyebab sirosis hati beragam. selain disebabkan oleh virus Hepatitis B ataupun C, bisa juga di akibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, berbagai macam penyakit metabolik, dan adanya gangguan imunologis. Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien yang berusia 45 - 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Di seluruh dunia sirosis menempati urutan ketujuh penyebab kematian, 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering di temukan dalam ruangan perawatan bagian penyakit dalam. 

Patofisiologi Sirosis Hati

Mekanisme terjadinya proses yang berlangsung terus mulai dari hepatitis virus menjadi Sirosis Hepatis belum jelas. Patogenesis yang mungkin terjadi yaitu :
  1. Mekanis - Pada daerah hati yang mengalami nekrosis konfluen, kerangka reticulum lobul yang mengalami kolaps akan berlaku sebagai kerangka untuk terjadinya daerah parut yang luas. Dalam kerangka jaringan ikat ini, bagian parenkim hati yang bertahan hidup berkembang menjadi nodul regenerasi.
  2. Immunologis - Sirosis Hepatis dikatakan dapat berkembang dari hepatitis akut jika melalui proses hepatitis kronik aktif terlebih dahulu. Mekanisme imunologis mempunyai peranan penting dalam hepatitis kronis. Ada 2 bentuk hepatitis kronis :
  • Hepatitis kronik tipe B.
  • Hepatitis kronik autoimun atau tipe NANB.
Proses respon imunologis pada sejumlah kasus tidak cukup untuk menyingkirkan virus atau hepatosit yang terinfeksi, dan sel yang mengandung virus ini merupakan rangsangan untuk terjadinya proses imunologis yang berlangsung terus sampai terjadi kerusakan sel hati. 

Dari kasus-kasus yang dapat dilakukan biopsy hati berulang pada penderita hepatitis kronik aktif ternyata bahwa proses perjalanan hepatitis kronis bisa berlangsung sangat lama. Bisa lebih dari 10 tahun. 
  • Kombinasi keduanya - Namun yang utama adalah terjadinya peningkatan aktivitas fibroblast dan pembentukan jaringan ikat. 
Ada 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites pada penderita Sirosis Hepatis, yaitu : 
  1. Tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam serum. Pada keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati terganggu fungsinya, maka pembentukan albumin juga terganggu, dan kadarnya menurun, sehingga tekanan koloid osmotic juga berkurang. Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr % sudah dapat merupakan tanda kritis untuk timbulnya asites. 
  2. Tekanan vena porta. Bila terjadi perdarahan akibat pecahnya varises esophagus, maka kadar plasma protein dapat menurun, sehingga tekanan koloid osmotic menurun pula, kemudian terjadilah asites. Sebaliknya bila kadar plasma protein kembali normal, maka asitesnya akan menghilang walaupun hipertensi portal tetap ada. Hipertensi portal mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi ginjal pun menurun. Hal ini meningkatkan aktifitasplasma rennin sehingga aldosteron juga meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan elektrolit terutama natrium . dengan peningkatan aldosteron maka terjadi terjadi retensi natrium yang pada akhirnya menyebabkan retensi cairan. 
Penyebab Sirosis Hati

Ada banyak penyebab sirosis. Penyebab paling umum adalah kebiasaan meminum alkohol dan infeksi virus hepatitis C. Sel-sel hati Anda berfungsi mengurai alkohol, tetapi terlalu banyak alkohol dapat merusak sel-sel hati. Infeksi kronis virus hepatitis C menyebabkan peradangan jangka panjang dalam hati yang dapat mengakibatkan sirosis. Sekitar 1 dari 5 penderita hepatitis C kronis mengembangkan sirosis. Tetapi hal ini biasanya terjadi setelah sekitar 20 tahun atau lebih dari infeksi awal. Penyebab umum sirosis lainnya meliputi :
  • Infeksi kronis virus hepatitis B.
  • Hepatitis autoimun. Sistem kekebalan tubuh biasanya membuat antibodi untuk menyerang bakteri, virus, dan kuman lainnya. Pada hepatitis autoimun,sistem kekebalan tubuh membuat antibodi terhadap sel-sel hati yang dapat menyebabkan kerusakan dan sirosis.
  • Penyakit yang menyebabkan penyumbatan saluran empedu sehingga tekanan darah terhambat dan merusak sel-sel hati. Sebagai contoh, sirosis bilier primer, primary sclerosing, dan masalah bawaan pada saluran empedu.
  • Non-alcohol steato-hepatitis (NASH). Ini adalah kondisi di mana lemak menumpuk di hati sehingga menciptakan jaringan parut dan sirosis. Kelebihan berat badan (obesitas) meningkatkan risiko Anda mengembangkan non-alcohol steato-hepatitis.
  • Reaksi parah terhadap obat tertentu.
  • Beberapa racun dan polusi lingkungan.
  • Infeksi tertentu yang disebabkan bakteri dan parasit.
  • Gagal jantung parah yang dapat menyebabkan tekanan balik darah dan kemacetan di hati.
  • Beberapa penyakit warisan langka yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel hati, seperti hemokromatosis (kondisi yang menyebabkan timbunan abnormal zat besi di hati dan bagian lain tubuh) dan penyakit Wilson (kondisi yang menyebabkan penumpukan abnormal zat tembaga di hati dan bagian lain tubuh).
Gejala Sakit Sirosis Hepatis

1. Tahap Awal

Sirosis di tahap awal tidak menimbulkan gejala apapun. Oleh karena itu, pasien sirosis ringan dan moderat mungkin menderita untuk waktu yang lama tanpa menyadari penyakitnya. Pada tahap ini tes fungsi hati dapat mendeteksi perubahan yang mengarah pada disfungsi hati, seperti :
  • Kegagalan membuat cukup protein seperti albumin yang membantu untuk mengatur komposisi cairan di dalam aliran darah dan tubuh.
  • Kegagalan membuat bahan kimia yang cukup diperlukan untuk pembekuan darah.
  • Kurang mampu mengolah limbah kimia dalam tubuh seperti bilirubin sehingga menumpuk di dalam tubuh.
  • Kurang mampu memproses obat, racun, dan bahan kimia lainnya yang kemudian bisa menumpuk di dalam tubuh.
2. Tahap Akhir

Pada tahap akhir, sirosis hati terkait dengan banyak gejala. Sebagian besar gejalanya adalah akibat dari jaringan hati fungsional yang tersisa terlalu sedikit untuk melakukan tugas-tugas hati. Gejala yang dapat timbul pada fase ini adalah:
  • Kelelahan.
  • Kelemahan.
  • Cairan yang bocor dari aliran darah dan menumpuk di kaki (edema) dan perut (ascites).
  • Kehilangan nafsu makan, merasa mual dan ingin muntah.
  • Kecenderungan lebih mudah berdarah dan memar.
  • Penyakit kuning karena penumpukan bilirubin.
  • Gatal-gatal karena penumpukan racun.
  • Gangguan kesehatan mental dapat terjadi dalam kasus berat karena pengaruh racun di dalam aliran darah yang memengaruhi otak. Hal ini dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan perilaku, kebingungan, pelupa dan sulit berkonsentrasi.
Komplikasi Penyakit Sirosis Hati


Komplikasi yang sering timbul pada penderita Sirosis Hepatis diantaranya adalah :

1. Perdarahan Gastro Intestinal

Setiap penderita Sirosis Hepatis dekompensata terjadi hipertensi portal, dan timbul varises esophagus. Varises esophagus yang terjadi pada suatu waktu mudah pecah, sehingga timbul perdarahan yang massif. Sifat perdarahan yang ditimbulkan adalah muntah darah atau hematemesis biasanya mendadak dan massif tanpa didahului rasa nyeri di epigastrium. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku, karena sudah tercampur dengan asam lambung. Setelah hematemesis selalu disusul dengan melena. Mungkin juga perdarahan pada penderita Sirosis Hepatis tidak hanya disebabkan oleh pecahnya varises esophagus saja.

2. Koma Hepatikum

Komplikasi yang terbanyak dari penderita Sirosis Hepatis adalah koma hepatikum. Timbulnya koma hepatikum dapat sebagai akibat dari faal hati sendiri yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Ini disebut sebagai koma hepatikum primer. Dapat pula koma hepatikum timbul sebagai akibat perdarahan, parasentese, gangguan elektrolit, obat-obatan dan lain-lain, dan disebut koma hepatikum sekunder. 

Pada penyakit hati yang kronis timbullah gangguan metabolisme protein, dan berkurangnya pembentukan asam glukoronat dan sulfat. Demikian pula proses detoksifikasi berkurang. Pada keadaan normal, amoniak akan diserap ke dalam sirkulasi portal masuk ke dalam hati, kemudian oleh sel hati diubah menjadi urea. Pada penderita dengan kerusakan sel hati yang berat, banyak amoniak yang bebas beredar dalam darah. Oleh karena sel hati tidak dapat mengubah amoniak menjadi urea lagi, akhirnya amoniak menuju ke otak dan bersifat toksik/iritatif pada otak. 

3. Ulkus Peptikum

Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih besar bila dibandingkan dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan disebutkan diantaranya ialah timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang menurun pada mukosa, dan kemungkinan lain ialah timbulnya defisiensi makanan.

4. Karsinoma Hepatoselular

Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama pada bentuk postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang akan berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah menjadi karsinoma yang multiple. 

Diagnosis Sirosis Hepatis

Keluhan pasien sirosis Hepatis tergantung pada fase penyakitnya. Gejala kegagalan hati disebabkan karena proses hepatitis kronik yang masih aktif yang berjalan bersamaan dengan sirosis hepatis yang sedang terjadi. Dalam proses penyakit hati yang berlanjut sulit dibedakan hepatitis kronik aktif yang berat dengan permulaan sirosis yang terjadi (sirosis dini).
  1. Fase Kompensasi Sempurna - Pada fase ini pasien tidak mengeluh sama sekali atau samar-samar dan tidak khas seperti pasien merasa tidak bugar, kelelahan, selera makan menurun, perut kembung, mual, mencret, konstipasi, berat badan menurun, nyeri tumpul atau perasaan berat pada kuadran kanan atas dan lain-lain. Pada beberapa kasus bahkan tidak terdiagnosa selama hidupnya dan baru diketahui sewaktu dilakukan autopsi.
  2. Fase Dekompensasi - Pada fase ini sirosis hepatis sudah dapat ditegakkan diagnosanya dengan bantuan pemeriksaan klinis, laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi portal dengan manifestasi seperti eritema palmaris, spider nevi, vena kolateral pada dinding perut, ikterus, edema pretibial dan ascites. 
Pengobatan Sirosis Hati Secara Medis

Berbeda tingkatan berbeda pula pengobatan yang dilakukan bagi penderita sirosis hepatis. Seorang penderita sirosis hepatis ringan masih dapat melakukan pengobatan seperti mengonsumsi obat-obatan penawar hepatitis B dan C. Selain itu penderita sirosis hepatis ringan harus dapat meninggalkan kebiasaan merokok guna mempercepat penyembuhan. Sedangkan bagi penderita sirosis hepatis parah, pemberian antibiotik, serta rangkaian tes darah serta CT scan hingga transplantasi hati.

Transplantasi dilakukan jika hati sudah dinyatakan tidak berfungsi kembali. Melakukan transplantasi merupakan keputusan yang sulit karena membutuhkan pendonor dan mengeluarkan biaya yang mahal. Selain itu, tidak selamanya hati dari hasil donor cocok bagi pasien penerima donor.

Obat Alami Sirosis Hati (Cirrosis Hepar)


1. Mekanisme Kerja Tahitian Noni Bioactive Beverage

Mekanisme kerja secara ilmiah mampu bekerja di tingkat molekular untuk :
  • Meningkatkan dan merevitalisasi sistem kerja tubuh (self healing), bekerja melindungi, memperbaiki, mengaktifkan, meremajakan dan meregenerasi sel secara optimal.
  • Memberikan efek manfaat yang optimal serta aman dikonsumsi baik oleh wanita hamil, menyusui, bayi, anak-anak hinggak orang dewasa, yang mencakup segala kondisi kesehatan.
2. Tahapan Proses Kerja Tahitian Noni Bioactive Beverage di Dalam Tubuh
  • Hari 1- 20 : detoksifikasi (buang racun) dan membersihkan tubuh dari toxin (racun)/ zat- zat yang menghalangi proses penyembuhan.
  • Hari 21- 90 : meningkatkan, memperbaiki, dan memulihkan sel- sel yang bermasalah
3. Peran Tahitian Noni Bioactive Beverage pada Penyakit Sirosis Hepatis
  • Melunakkan dan mengurangi jaringan yang cacat. Pasien menerima manfaat dari nafsu makan yang membaik memungkinkan mereka makan lebih baik dan merasa lebih baik baik. Jika mereka kadang-kadang minum alkohol akibat negatifnya akan lebih sedikit.
  • Mengurangi reaksi-reaksi negatif terhadap penimbunan itu dan dapat mengurangi produksi Amyloid. Banyak hal bersifat toksin terhadap hati seperti makan secara berlebihan beberapa obat, beberapa herba, polusi, merokok, dan bahan pelarut.
  • Membantu menormalkan hepatitis akibat toksin dan melindungi hati dari lingkungan sehari-hari.
  • Memperbaiki keseimbangan kolesterol dalam tubuh, mengurangi peradangan sub-klinis dan menurunkan kadar atherogenesis dalam arteri.
  • Mengurangi keinginan untuk minum alkohol dan membantu mereka mengendalikan kebiasaan ini.
Ada sejumlah penyakit genetis yang melibatkan hati. Satu diantaranya adalah Familial Amyloidosis. Beta Amyloid adalah suatu protein yang biasanya dianggap sebagai akibat dari kerusakan atau degenerasi di beberapa bagian tubuh, sama seperti Alzheimer pada otak. Dalam Familial, protein abnormal dibuat di hati tetapi disimpan dibanyak bagian tubuh dimana ia menstimulasi reaksi-reaksi oksidatif dan peradangan. 

Tahitian Noni Bioactive Beverage merupakan anti inflamasi (anti peradangan) yang sangat baik dan anti mutagenesis (senyawa yang dapat mengakibatkan mutasi sel), meregenerasikan sel-sel, merevitalisasi sel-sel, serta dapat merejuvinasi sel-sel.


  

  

http://khasiattahitiannonijuice.blogspot.com/search/label/Join%20Bisnis%20And%20Member

0 Comments
Komentar

No comments:

Post a Comment