Efek Blog

Thursday 4 September 2014

Pola Buang Air Besar (BAB) dan Kecil (BAK) yang Normal pada Bayi

Bunda yang masih memiliki anak satu, pasti sangat bingung bila Bayinya tidak BAB beberapa hari. Nach....ini info bagus buat bunda mengenai frekuensi normal BAB dan BAK pada bayi.Bagi bunda yang sudah berpengalaman, ada baiknya juga bunda melihat frekuensi normal BAB dan BAK bayi, karena terkadang kita sering bertumpu pada pengalaman walaupun seringkali pengalaman tidak sesuai dengan keilmuannya.

Setiap bayi mengalami pola buang air kecil dan besar yang berbeda-beda hal ini dikarenakan berbedanya pola makan pada bayi. Bayi berusia 3 bulan setiap satu jam kemungkinan akan sering buang air kecil daripada bayi diatas usianya. Bersamaan dengan bertambahnya usia bayi, pada usia bayi 12 bulan waktu buang air kecilnya akan bertambah hingga 2-3 jam.

Frekuensi buang air besar (BAB) dan kecil (BAK) bayi berkaitan erat dengan asupan yang masuk. Buktinya, antara bayi yang mendapat ASI dan tidak, berbeda pula frekuensi pup dan pipisnya.

Yang harus diwaspadai adalah jika bayi anda mengalami kasus seperti ini :

1. Dalam kurun waktu 24 jam buang air kecil si bayi kurang dari 3 kali.
2. Warna dari urine menjadi pucat.
3. Pada urinenya terlihat ada darah.
4. Setiap kali buang air kecil si bayi tampak seperti kesakitan.

Usia
Frekuensi  Normal
BAK
BAB
0-6 Bulan:
Pada bayi sehat pipis bisa sampai 10 kali dan BAB-nya akan lebih sering sekitar 6 sampai 8 kali, hal tersebut disebabkan penyerapan saluran cernanya sedang berdaptasi.
Bayi yang meminum ASI alami akan berbeda dengan susu formula. ASI sangat mudah dicerna maka bayi akan lebih sering BAB dan pipis.

Hingga usia 3 bulan, biasanya bayi akan BAK setiap jam. Selanjutnya, hingga ia berusia 12 bulan, selang waktunya akan bertambah menjadi setiap 2-3 jam.
BAK tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Jika lebih dari itu oke-oke saja. Kecuali bila pipisnya sangat sering (lebih dari 10 kali/hari) atau jarang sama sekali. Dalam artian selama tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau bayi menjadi lesu dan rewel, tak perlu terlalu mempermasalahkannya. Apalagi sampai khawatir bayi terkena diabetes militus karena DM pada anak, apalagi bayi sangat jarang terjadi.
Namun waspadai bila frekuensi BAK bayi jarang/menjadi jarang. Misalnya, satu hari hanya sekali padahal biasanya bisa 4 kali. Atau sejak lahir si kecil memang jarang pipis padahal asupan cairannya mencukupi. Beberapa penyebab frekuensi BAK yang jarang adalah:
-    Bayi mengalami kekurangan cairan. Ini bisa karena ibu yang menyusui kurang banyak minum atau bayi sedang mengalami muntah-muntah atau berkeringat berlebihan. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan banyak memberi asupan cairan pada bayi. Ibu menyusui, misalnya, mesti banyak minum. Namun untuk kasus muntah-muntah, sebaiknya bayi segera dibawa ke dokter untuk mencari penyebabnya dan mencegahnya dari dehidrasi.
-    Pada bayi laki-laki, coba perhatikan ujung kulupnya apakah terlihat kecil atau tidak. Bila ya, bisa jadi ia mengalami phymosis (ujung kulup kecil) sehingga menyebabkannya jarang BAK. Sebagai solusi biasanya dokter akan melakukan pembesaran dengan cara sunat. Kondisi ini perlu diatasi segera karena jika dibiarkan bisa menimbulkan infeksi pada saluran kencing bayi.
-    Sukar pipis pada bayi perempuan bisa disebabkan infeksi pada organ intimnya meski bisa juga BAK-nya justru jadi lebih sering. Sebagai pecegahan, sehabis BAK, lubang kencing dan daerah sekitarnya mesti langsung dibersihkan. Sisa air seni bisa mengendap di lipatan-lipatan sekitar kelaminnya dan menimbulkan infeksi. Perha-tikan juga teknik menceboki. Jangan menceboki dari arah belakang ke depan namun dari depan kebelakang. Ini dimaksudkan agar kotoran dari anus tidak terbawa ke vagina.
ASI Ekslusif
Sehari 1-7 kali atau bahkan hanya 1-2 hari sekali. Dengan catatan berat badan bayi terus bertambah sesuai grafik normal yang tertera pada Kartu Menuju Sehat/KMS. Jika yang terjadi sebaliknya, si kecil harus menjalani pemeriksaan dokter.
Biasanya dokter akan melihat kondisi perut bayi, kembung atau tidak, keadaan feses, berat badan, dan tumbuh kembang bayi.
Beberapa kemungkinan penyebab bayi jarang BAB adalah :
-     Faktor makanan ibu. Misal, ibu menyusui sedang mengonsumsi obat-obatan/jamu. Akibatnya bayi yang memperoleh asupan makanan dari ASI ibu ikut “merasakan” dampak obat itu. Asal tahu saja, beberapa obat/jamu bisa membuat gerak/kerja usus menjadi lambat. Kondisi ini yang pada akhirnya membuat bayi mengalami sembelit.
-     Masalah pada sistem pencernaan bayi. Misal, ususnya tersumbat atau melintir.
-     Lebih dari 7 kali sehari. Frekuensi BAB yang lebih sering dari biasanya dapat disebabkan faktor makanan ibu. Contoh, ibu menyusui yang mengonsumi makanan pedas atau makan yang mengandung serat tinggi dapat membuat bayinya jadi lebih sering pup.
Frekuensi BAB bayi yang mendapat ASI eksklusif masih bisa ditoleransi hingga 10 hari. Frekuensi ini sangat dipengaruhi pergerakan makanan dari mulut ke anus yang semakin ke bawah semakin melambat. Waktu transit makanan di dalam perut sampai kembali keluar, pada bayi usia 1-3 bulan lamanya sekitar 8,5 jam. Lantaran itulah frekuensi BAB bayi usia ini paling lama bisa mencapai 4-6 kali sehari.
Tidak ASI Ekslusif
Frekuensi BAB yang normal:
-     Sekitar 3-4 kali sehari sampai hanya 1-2 hari sekali. Kenapa frekuensi BAB-nya lebih jarang dari bayi yang menyusu ASI? ASIseperti diketahui sangat mudah dicerna oleh bayi. Namun tidak begitu dengan susu formula yang lebih sulit dicerna dan diserap oleh sistem pencernaan bayi. Inilah yang menyebabkan kenapa bayi yang menyusu ASI jarang mengalami kegemukan, sementara “bayi susu formula” kerap kelebihan berat badan.
Frekuensi BAB yang tidak normal:
-     Bila feses bayi encer dan frekuensinya lebih dari 10 kali per hari disertai penurunan berat badan.
Bayi Diatas 6 Bulan

Frekuensi BAB normal :
-     Biasanya 3-4 kali sehari atau 2 hari sekali. Setelah anak menginjak 4 tahun, frekuensi BAB-nya sudah seperti orangtuanya, yakni satu sampai dua kali sehari.
Pada bayi 4-24 bulan, waktu transit makanannya bertambah menjadi 16 jam dan pada usia 3-13 tahun waktunya mencapai 26 jam. Barulah pada saat dewasa menjadi 48 jam. Ini menjawab mengapa frekuensi BAB bayi yang sebelumnya lancar menjadi makin jarang.
Dengan adanya waktu transit yang lebih panjang, proses penyerapan zat-zat makanan jadi lebih optimal. Makanan yang masuk ke dalam usus halus setelah diproses dalam bentuk encer kemudian akan masuk ke usus besar. Nah, selama berproses di usus besar sampai ke anus, di situ terjadi kembali penyerapan (reabsorbsi). Pada akhirnya terkumpullah sisa penyerapan makanan dalam bentuk tinja dengan konsistensi agak padat namun tetap lunak dengan warna antara kuning, cokelat atau agak kehijauan.

Frekuensi BAB tidak normal:
-     Lebih dari 4 kali sehari disertai gejala-gejala lain. Misalnya, bayi BAB sampai 6 kali sehari. Ini bisa dijadikan alarm bagi orangtua bahwa kondisi si kecil sedang tidak sehat. Coba perhatikan apakah bayi juga rewel atau gelisah ? Jika ya, kemungkinan ada sesuatu yang tidak beres pada pencernaannya. Untuk menelusuri penyebabnya, ingat-ingat apa menu makanannya hari itu hingga 2 hari sebelumnya; apakah terlalu banyak serat? Terlalu banyak diberi buah/sayuran mungkin. Bayi yang terlalu banyak mengonsumsi serat berpotensi untuk lebih sering BAB dan akhirnya menjadi kurus. Sebab apa yang dikonsumsinya lebih banyak yang dikeluarkan ketimbang yang diserap.
Dua kali dalam kurun waktu tujuh hari atau kurang. Kemungkinan bayi mengalami konstipasi/sembelit atau pemampatan feses di usus besar. Hati-hati, jika feses yang keras membuat anusnya luka dan si kecil mengalami trauma sehingga enggan untuk buang air besar yang berikutnya.


Feses berwarna abu-abu menandakan bayi terlalu banyak mengkonsumsi zat besi.

Kondisi feses bayi tidak selalu sama setiap harinya. Perubahan ini tergantung pada kondisi dan kesehatan si kecil. Karena itu saat mendapati feses bayi yang “mencurigakan”, salah satu hal yang bisa dilakukan orangtua adalah melakukan observasi menu makanan yang dikonsumsi bayi, tak hanya dalam satu hari tapi juga 2 hari sebelumnya. Kenapa? Sebab gerak usus pada bayi yang normal adalah selama 24 sampai 36 jam. Jadi, makanan yang dikonsumsi bayi sekarang akan keluar 24 atau 36 jam kemudian.
0 Comments
Komentar

No comments:

Post a Comment