Efek Blog

Monday 30 June 2014

Obat Herbal Penyakit Step/ Kejang Demam (Febrile Convulsion) Alami, Aman

Pengertian Step
1. Gangguan sistem SSP lokal atau sistemik sehingga kejang bukan merupakan suatu penyakit, kejang merupakan tanda paling penting akan adanya suatu penyakit lain sebagai penyebab kejang.

2. Gerakan otot tubuh secara mendadak yang tidak disadari baik dalam bentuk kronik atau tonik dengan atau tanpa disertai hilangnya kesadaran.

3. Kejang demam, dalam istilah medis dikenal sebagai febrile convulsi, adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal/anus > 38°C), yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar susunan saraf pusat). Penyakit ini paling sering terjadi pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.

4. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu rectal diatas 38°C atau suhu tubuh diatas 39°C yang disebabakan oleh proses Ekstra Kranium (diluar rongga tengkorak).

5. Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat demam pada bayi dan anak tanpa infeksi sistem saraf pusat (otak dan kanal tulang belakang). Hal ini dapat terjadi kira-kira pada 1 dari 25 anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari sepertiga dari anak-anak tersebut mengalaminya lebih dari 1 kali.

6. Demam biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia antara 6 bulan – 5 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun. Walaupun ada yang menyatakan kejang demam timbul pada suhu di atas 38,9 Celcius (102 Fahrenheit), tidak ada patokan pasti pada suhu berapa kejang demam dapat terjadi. Selama anak mengalami kejang demam, ia dapat kehilangan kesadaran disertai gerakan lengan dan kaki, atau justru disertai dengan kekakuan tubuhnya,

7. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari 38ÂșC) yang disebabkan oleh suatu proses (diluar rongga kepala). Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi yang berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk.

Secara pasti, apa yang terjadi selama kejang tergantung kepada bagian otak yang memiliki muatan listrik abnormal. Jika hanya melibatkan daerah yang sempit, maka penderita hanya merasakan bau atau rasa yang aneh; jika melibatkan daerah yang luas, maka akan terjadi sentakan dan kejang otot di seluruh tubuh. Penderita juga bisa merasakan perubahan kesadaran, kehilangan kesadaran, kehilangan pengendalian otot atau kandung kemih dan menjadi linglung.
Kejang seringkali didahului oleh aura, yang merupakan sensasi yang tidak biasa dari penciuman, rasa atau penglihatan atau perasaan yang kuat bahwa akan terjadi kejang. Kadang sensasi ini menyenangkan dan kadang sangat tidak menyenangkan. Sekitar 20% penderita epilepsi mengalami aura.
Sering kita serta merta menghubungkan kejang-kejang dengan gejala epilepsi. Padahal ada beberapa macam gangguan otak yang menyebabkan seseorang terkena serangan kejang. Epilepsi sekunder ini tidak ada hubungannya dengan gangguan epilepsi primer. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.

Anatomi Fisiologi Step
Sistem saraf mengurus sebagian besar pengaturan fungsi tubuh. Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktifitas tubuh yang cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin.

Sejak pembentukannya, sistem saraf mempunyai sifat-sifat mengatur yang sangat kompleks dan khusus. Ia menerima berjuta-juta rangsangan informasi yang berasal dari bermacam-macam organ sensorik, dan semua ini bersatu untuk dapat menentukan respons apa yang akan diberikan oleh tubuh.

Neuron adalah unit dasar sistem saraf. Terdapat berjuta-juta sistem saraf. Terdapat berjuta-juta neuron dalam sistem saraf. Setiap neuron terdiri dari sel saraf dan seratnya. Setiap sel memiliki nucleus dan sejumlah granula dan fibril dalam sitoplasmanya. Dendrit adalah serat pendek seperti sikat yang melekat pada bagian luar sel, melalui dendrit ini impuls memasuki sel dari sel-sel lain. Akson adalah serat yang dilalui impuls meninggalkan sel untuk ditransmisikan ke sel lain. Satu akson sering bercabang banyak di dekat ujungnya, dan setiap ujung cabang membentuk pembesaran seperti kancing, yang merupakan bagian pengantar informasi (Gibson, 2002).

Neurotransmitter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminial melalui eksositosis dan juga di reabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antar neuron. (Price, 1994).

Impuls saraf adalah perubahan kimia-elektrik yang kompleks yang berjalan di sepanjang serat saraf. Di dalamnya, ion (partikel bermuatan) bergerak dari bagian dalam sebuah akson kearah luar, dan ion lain bergerak dari luar ke dalam. Bersamaan dengan gerakan gelombang di sepanjang akson, ion kalium (K+) meninggalkan akson dan ion natrium (Na+) masuk ke dalam. Gerakan satu ion K+ agaknya merangsang gerakan satu ion berikutnya dan demikian seterusnya di sepanjang akson. Impuls saraf adalah akibat dari perbedaan potensial listrik antara K+ dan Na+. Setelah gelombang lewat di sepanjang akson, ion K+ dan ion Na+kembali relative lambat ke posisi semula (Gibson, 2002).

Otak memoloki kurang lebih 15 miliar neurin yang membangun substansi alba dan substansi grisea. Otak merupakan organ yang sangat kompleks dan sensitive, berfungsi sebagai pengendali dan pengatur seluruh aktifitas kita. Gerakan motorik, sensasi, berfikir, dan emosi. Di samping itu, otak merupakan tempat kedudukan memori dan juga pengatur aktifitas involuntary atau otonom. Sel-sel otak bekerja bersama-sama, berkomunikasi melalui signal-signal listrik, Kadang-kadang dapat terjadi cetusan listrik yang berlebihan dan tidak teratur dari sekelompok sel yang menghasilkan serangan atau seizure. Serangan berinteraksi dengan bagian otak yang mengatur hormon seks (hypothalamus dan hipofisis) dan demikian pula dengan gonad. Sistem limbic merupakan bagian otak yang paling sensitive. Neokorteks (area korteks yang menutupi permukaan otak), hipokampus dan area fronto-temporal bagian mesial sering kali merupakan awal kejang demam (Guyton, 1997).

Patofisiologi Step/ Kejang Demam
Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktifitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral yang berlebihan. Aktivitas ini bersifat dapat parsial atau vokal, berasal dari daerah spesifik korteks serebri, atau umum, melibatkan kedua hemisfer otak. Manifestasi jenis ini bervariasi, tergantung bagian otak yang terkena.

Penyebab kejang mencakup factor-faktor perinatal, malformasi otak congenital, factor genetic, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan metabilisme, trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi, dan penyakit degeneratif susunan saraf. Kejang disebut idiopatik bila tidak dapat ditemukan penyebabnya.

Epilepsi adalah gangguan yang ditandai dengan kejang yang kronik, kejang yang terutama berasal dari serebri menunjukkan disfungsi otak yang mendasarinya. Epilepsy sendiri bukan suatu penyakit.
Insidensi
Sedikitnya kejang terjadi sebanyak 3% sampai 5% dari semua anak-anak sampai usia 5 tahun, kebanyakan terjadi karena demam. Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2-4% dari jumlah penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki. Penderita pada umumnya mempunyai riwayat keluarga (orang tua atau saudara kandung) penderita kejang demam

Penyebab Step
1. Gangguan Vasculer : a. Perdarahan akibat ptechie akibat dari anoreksia dan asfiksia yang dapat terjadi di intra cerebral atau intra ventrikuler; b. Perdarahan akibat trauma langsung yaitu berupa perdarahan di sub kranial atau subdural; c. Trombosis; d. Penyakit perdarahan seperti defiasiensi vitamin K; e. Sindroma hiperviskositas

2. Gangguan Metabolisme : a. Hipokalsemia; b. Hipomagnesemia; c. Hipoglkemia; d. Amino Asiduria ; e. Hipo dan hipernatremia; f. Hiperbilirubinemia; g. Difisiensi dan ketergantungan akan piridoksin.

3. Infeksi : a. Meningitis; b. Enchepalitis; c. Toksoplasma congenital; d. Penyakit cytomegali inclusion

4. Toksik : a. Obat convulsion; b. Tetanus; c. Echepalopati timbale; d. Sigelosis Salmenalis

5. Kelainan Kongenital (cacat bawaan) : a. Paranchepali; b. Hidrochepali

6. Lain- lain : a. Narcotik withdraw; b. Neoplasma

Faktor- faktor yang dapat menyebabkan Kejang Demam, antara lain :
1. Demam itu sendiri atau tinggi suhu badan anak. Usia ketika pertama kali anak terserang demam yaitu kurang dari 15 bulan, seringkali mengalami demam pada anak dan juga memiliki riwayat keluarga yang sering mengalami kejang.

2. Efek product toksik dari pada mikroarganisme ( kuman dan virus ) terhadap otak.

3. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.

4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit

5. Enhepalitis vital ( radang otak akibat virus ) yang ringan yang tidak diketahui atau enchepalopati toksik sepintas.

6. Gabungan semua faktor tersebut diatas.

Klasifikasi Kejang
a. Konvulsi Akut (Non Recurrent)
Merupakan konvulsi yang sering terjadi pada neonatus. Seluruh tipe serangan konvulsi akut pada anak –anak dapat merupakan manisfestasi sementara penyakit akut yang melibatkan otak. Umumnya kejang demam terjadi setelah 6 bulan pertama kehidupan, namun dalam 2 – 3 tahun pertama insidennya terus menerus mencapai usia 6 – 8 tahun dan sesudah itu kejang itu menjadi jarang.

b. Konvulsi Kronik
Dapat juga disebut epilepsi, terdapat 10 macam epilepsi : Epilepsi Idiopatik. Gambaran elektroenchepalografik terutama pada saat tidur, memperlihatkan abnormalitas umum pada 90 % anak dengan kejang idiopatik. Epilepsi Organik. Dapat terjadi setelah kerusakan otak didapat pada masa pranatal, natal dan posnatal . anak sering memperlihatkan cacat motorik dan retardasi mental. Epilepsi Tonik-Klonik. Kejang umum, datang spasme otot dengan fase tronik – klonik. Epilepsi ini dapat terjadi pada malam hari tanpa disadari klien.lidah atau gigi tergigit, nyeri kepala, darah dibantal atau tempat tidur basah oleh kemih dappat terjadi 1 – 2 hari. Epilepsi (Absenses) Petit Maal. Kehilangan kesadaran sementara, berputarnya bola mata ke atas, gerakan alis mata, kepala mengangguk , anggukan kepala sedikit gemetar pada otot – otot badan dan anggota tubuh. Epilepsi Psikomotorik. Berupa gerakan motorik tetapi tidak berulang dan sering kompleks,sering didapatkan kepucatan disekitar mulut, pekikan nyaring atau usaha minta pertolongan dan lain- lain. Kejang Partial Vokal (Epilepsi Jackson). Kejang ini dimulai pada suatu kelompok yang menyebar ke tempat lain, misalnya dari ibu jari ke jari yang lain, pergelangan tangan, lengan, wajah dan kemudian kaku yang sama. Kejang Mioklonik Infantil. Terjadi sebelum usia 2 tahun dibagi menjadi 2 yaitu : a. Jika tingkat perkemabangan tidak pernah normal terjadi pada usia 4 bulan, terdapat cacat serebelum kongenital atau sebab organik lainnya; b. Jika anak tumbuh normal sampai usia 6 bulan atau lebih, memiliki kemampuan motorik yang baik namun dengan kemampuan bahasa dan penyesuaian yang buruk dibanding usia kronologisnya. Kejang Mioklonik dan Akinetik. Biasanya melibatkan satu kelompok otot dan dikaitkan dengan hilangnya tonis postural tubuh secara mendadak. Kejang Noktural. Mimpi buruk dan tidur berjalan (somnambolisme) paling sering terjadi pada saat tidur nyenyak yaitu 1- 2 jam setelah istirahat. Kejang Induksi. Dengan terapi obat saja biasanya tidak memuaskan. Setelah anak belajar menarik perhatian dengan cara ini, maka sulit untuk mengubah sifat ini.

Gejala Kejang
Sedangkan gejalanya adalah :
1. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu yang terjadi secara tiba-tiba).
2. Kejang tonik-klonik atau grand mal
3. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)
4. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik)
5. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit)
6. Lidah atau pipinya tergigit
7. Gigi atau rahangnya terkatup rapat
8. Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya)
9. Gangguan pernafasan
10. Apnea (henti nafas)
11. Kulitnya kebiruan

Setelah mengalami kejang biasanya :
1. Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih
2. Biasanya anak bayi akan menangis sedangkan pada anak yang lebih besar bila dipanggil namanya akan menengok.
3. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi) sampai sakit kepala mengantuk
4. Linglung (sementara dan sifatnya ringan). Jika kejang tunggal barlangsung kurang dari 5 menit, maka kemungkinan terjadinya cedera otak atau kejang menahun adalah kecil

Manifestasi Klinis Step/Kejang Demam
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat; misalnya tonsillitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain.

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf (Ngastiyah, 1997).

Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8 % berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologist. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (Hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama. (Mansjoer, 2000)

Menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin timbul pertanyaan sifat kejang atau gejala yang manakah yang mengakibatkan anak menderita epilepsi. Untuk itu Livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu :

a. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion)

b. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off fever)

Di Subbagian Anak FKUI-RSCM Jakarta, kriteria Livingstone tersebut setelah dimodifikasi dipakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu :

a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.

b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.

c. Kejang bersifat umum. (artinya seluruh badan kaku atau kelojotan) bukan hanya tangan atau kaki saja, tidak berulang, dan setelah kejang anak menangis atau sadar, maka kejang seperti itu kurang berbahaya..

d. Timbulnya kejang di dalam 16 jam sesudah suhu mulai meningkat.

e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah penyakit berlalu tidak menunjukkan kelainan.

g. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

Yang dimaksud dengan umur tertinggi untuk kejang demam sederhana ialah umur di mana kejang terjadi pertama kali, bila seorang anak menderita kejang pertama kali dekat pada umur tersebut, walaupun dengan suhu yang sangat tinggi, biasanya bukan kejang demam sederhana.

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria tersebut (modifikasi Livingstone) digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus saja.

Telah diketahui bahwa kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat anak menderita suhu tinggi, dapat sampai hiperpireksia. Kejang demam dapat disebabkan karena adanya infeksi ekstrakranial misalnya OMA. Berbeda dengan meningitis atau ensefalitis, tumor otak mempunyai kelainan pada otak sendiri. Perlu diingat bahwa kejang demam hanya terjadi pada anak usia tertentu. Tetapi epilepsi yang diprovokasi oleh demam juga menyebabkan kejang, oleh karena itu anamnesis yang teliti sangat diperlukan (Ngastiyah, 1997).

Jika kejang terjadi segera setelah demam atau jika suhu tubuh relatif rendah, maka besar kemungkinannya akan terjadi kembali kejang demam. Kejang demam bisa membuat orang tua cemas, tetapi sebetulnya tidak berbahaya. Selama kejang berlangsung, ada kemungkinan bahwa anak akan mengalami cedera karena terjatuh atau tersedak makanan maupun ludahnya sendiri. Belum bisa dibuktikan bahwa kejang demam bisa menyebabkan kerusakan otak. Penelitian menunjukan, anak-anak yang pernah mengalami kejang demam memiliki prestasi dan kecerdasan yang normal di sekolahnya. 95-98 % dari anak–anak yang pernah mengalami kejang demam tidak berlanjut menjadi epilepsi.

Tetapi beberapa anak memiliki resiko tinggi menderita epilepsi, jika :
a. Kejang demam berlangsung lama
b. Kejang hanya mengenai bagian tubuh tertentu
c. Kejang demam berlangsung dalam waktu 24 jam
d. Anak menderita cerebral palsy, gangguan pertumbuhan atau kelainan saraf lainya (Behrman, 2000).


Penanganan step/ kejang demam yang salah yaitu memberikan anak kopi. Ada yang menyarankan saat anak sedang kejang, diberikan minum kopi/kopi bubuk. Jangan sekali-kali memasukkan apapun ke mulut anak yang sedang kejang, termasuk kopi. Salah-salah nanti malah tersedak dan masuk ke saluran nafas, anaknya justru berhenti bernafas. Tidak ada manfaat apapun dari kopi dalam mencegah/mengobati kejang demam. Anak dapat kejang saat demam karena adanya gangguan hantaran listrik di otak sehingga menimbulkan bangkitan kejang dan risikonya meningkat apabila terdapat riwayat kejang pada orangtuanya atau sudah memiliki kelainan neurologis tertentu. Pemberian minum kopi setiap hari juga tidak berpengaruh dalam rangka pencegahan pada anak yang sudah memiliki riwayat kejang. Kafein pada kopi bahkan lebih banyak bersifat mudharat daripada manfaatnya. Anak bisa gelisah, tremor/ gemetar dan hiperaktif. Kafein juga dapat menyebabkan asam lambung meningkat sehingga anak mengeluh sakit perut.

Komplikasi Step/ Kejang Demam
1. Pnemonia aspirasi

2. Asfiksia

3. Retardasi mental

Prognosis Step
Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor :
1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga

2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita kejang demam.

3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut diatas maka :

a. Dikemidian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 % dibandingkan bila terdapat satu atau tidak sama sekali faktor tersebut diatas, serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 % saja.

b. Hemiparesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit) baik bersifat umum atau fokal. Kelumpuhan dapat terjadi pada kejang fokal yang bersifat flaksit tetapi setelah 2 minggu timbul spasitas.

Pengobatan Alternatif Penyakit Step (Kejang Demam) dengan TAHITIAN NONI BIOACTIVE BEVERAGEa. Kandungan bioactive yang berada di dalam Tahitian Noni Biactive Beverage yang berfungsi untuk perbaikan syaraf otak :
b. EUGENOL sebagai anti prostaglandin kuat ( efek anti nyeri dan relaksasi otot polos, terutama pada syaraf trigeminal.)
c. ARGININ, sebagai pembentuk keratin fosfat ( merupakan sumber energi otak).
d. ASPARTAT, sebagai sintesa glukosa (neurotransmitter pada metabolisme otak).
e. HISTIDIN, meningkatkan aktifitas gelombang alfa (untuk melawan stress dan kecemasan). Juga sebagai sintesa kolagen (untuk perbaikin myelin dan optimalisasi impuls syaraf).
f. LEUCIN, sebagai regulasi dopamine /adaptogenic effect ( regenerasi sel serebelum)
g. METHIONIN, sebagai sumber sintesa acetylcholine (aktifitas neurotransmitter)
h. SERINE, sebagai precursor untuk neurotransmitter (untuk menurunkan ketegangan syaraf). Juga sebagai bahan baku utama kerja otak.
i. VALINE, sebagai asupan BCAA /Brain chain amino acid (untuk mempertahankan selubung myelin)
j. PHENILALANIN, sebagai penghantar atau penyampai pesan pada sistem saraf otak, membantu kadar dopamine menjadi seimbang. dn sebagai anti depresi
k. TRYPTOPHAN, sebagai prekursor pada :melatonin (hormon perangsang tidur), serotonin (suatu transmiter pada sistem saraf) dan niasin (suatu vitamin). Dan masih banyak lainnya.

Tujuan Pengobatan dengan Tahitian Noni Bioactive Beverage
Tujuan terapi mencapai keseimbangan neurotransmiter GABA (asam gamma amino butirat) di otak.
a. Perbaikan struktur sel

b. Regenerasi sel otak

c. Peningkatan aktivitas neurotransmiter

d. Normalisasi fungsi neuron

HAK PATEN : WO 2005/086937 A2 – 22 September 2005

Tahitian Noni Bioactive Beverage mengatasi neuro-degenerative dan gangguan neurologi, menghambat oksidasi dan metilasi neurotransmitter, mencegah penghambatan aktivitas neurotransmitter, mempertahankan fungsi koordinasi system saraf.
0 Comments
Komentar

No comments:

Post a Comment