Efek Blog

Thursday 28 August 2014

Persalinan Normal Setelah Persalinan Sectio Caesaria pada Persalinan Sebelumnya

Kelahiran adalah sebuah proses dalam hewan di mana anak dikeluarkan dari badan ibunya. Bentuk berbeda dari kelahiran adalah ovipari, vivipari atau ovovivipari. Dalam manusia, anak yang belum dilahirkan disebut fetus setelah masa embrio.

Kelahiran anak adalah proses akhir dari kehamilan yang sukses manusia yang menghasilkan bayi dilahirkan. Kelahiran anak alami adalah sebuah teknik kelahiran dengan penggunaan bantuan medis minimal, terutama anaesthetics. Defect kelahiran adalah sebuah ketidaknormalan fisik atau mental yang hadir pada saat kelahiran. Kelahiran banyak adalah kelahiran dua (kembar) atau tiga (triplet) atau empat (quadruplet), dst; bayi dalam masa kehamilan tunggal.
Section Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melaului suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknyosastro, 2005).

Bedah caesar (bahasa Inggris: caesarean section atau cesarean section dalam Inggris-Amerika), disebut juga dengan c-section (disingkat dengan cs) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya.
 
Section Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melaului suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknyosastro, 2005).

Sectio caesarea adalah upaya mengeluarkan janin melalui pembedahan pada dinding abdomen dan uterus. Sectio aesarea merupakan bagian dari metode obstetrik operatif. Persalinan sectio caesarea dilakukan sebagai alternatif jika persalinan lewat jalan lahir tidak dapat dilakukan. Tujuan dilakukan persalinan sectio caesarea agar ibu dan bayi yang dilahirkan sehat dan selamat (Reeder et.al, 2011).

Just remembering, sebagaimana anjuran organisasi kesehatan dunia (WHO), kelahiran caesar di RS sedapat mungkin kurang dari 15%. Namun kenyataannya sekarang di RS Indonesia, kelahiran dengan cara caesar bisa lebih tinggi dibanding kelahiran normal. Bahkan kelahiran secara caesar di RS Jakarta berdasarkan sebuah penelitian tercatat mencapai 70%-90%.

Indikasi Persalinan Sectio Caesaria
Menurut Reeder, et.al. (2011), indikasi persalinan sectio caesarea terdiri atas faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta atau kombinasi satu dengan yang lain. Faktor ibu terdiri atas penyakit ibu yang berat (seperti penyakit jantung berat, diabetes mellitus, preeklamsia berat atau eklampsia, dan kanker serviks) atau infeksi berat (virus herpes simpleks tipe II atau herpes genitalis dalam fase aktif atau dalam 2 minggu lesi aktif). Penyakit tersebut membutuhkan persalinan sectio caesarea karena beberapa alasan: (1) untuk mempercepat persalinan dalam suatu kondisi yang kritis; (2) karena ibu dan janinnya tidak mampu menoleransi persalinan; (3) janin akan terpajan dengan risiko bahaya yang meningkat saat melalui jalan lahir. Faktor ibu yang lain adalah pembedahan uterus sebelumnya, termasuk miomektomi, persalinan sectio caesaria sebelumnya dengan insisi klasik, rekonstruksi uterus, dan obstruksi jalan lahir karena adanya fibroid atau tumor ovarium.

Faktor janin terdiri atas gawat janin, seperti janin dengan kasus prolaps tali pusat, insufisiensi uteroplasenta berat, dan malpresentasi (seperti letak melintang, janin dengan presentasi dahi). Kehamilan ganda dengan bagian terendah janin kembar adalah pada posisi melintang bokong. Faktor plasenta berupa plasenta previa dan solusio plasenta (pemisahan plasenta sebelum waktunya). Faktor kombinasi antara faktor ibu dan janin pada umumnya adalah distosia (kemajuan persalinan abnormal) yang ditunjukkan sebagai suatu “kegagalan kemajuan” dalam persalinan. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan ketidaksesuaian antara ukuran panggul dan ukuran kepala janin (disproporsi sefalopelvik), kegagalan induksi, atau aksi kontraksi uterus yang abnormal.


Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Sectio Caesarea
1. Usia Ibu
Usia merupakan salah satu tolok ukur kesiapan seorang ibu untuk melahirkan, dimana usia ideal untuk menjalani proses kehamilan dan persalinan adalah usia 20-35 tahun. Wanita berusia kurang dari 20 tahun biasanya memiliki kondisi psikis yang belum matang serta kemampuan finansial yang kurang mendukung, sementara wanita berusia lebih dari 35 tahun cenderung mengalami penurunan kemampuan reproduksi (Harnowo, 2013).

2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan. Paritas merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan kehamilan dan persalinan. Persalinan yang pertama sekali biasanya mempunyai risiko relatif tinggi terhadap ibu dan anak, kemudian risiko ini menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya (Mochtar, 1998). Ibu yang sering melahirkan memiliki risiko mengalami komplikasi persalinan pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Pada paritas lebih dari empat keadaan rahim biasanya sudah lemah yang dapat menimbulkan persalinan lama dan pendarahan saat kehamilan (Depkes RI, 2003)

3. Kadar Hb
Kadar Haemoglobin (Hb) merupakan salah satu indikator status gizi seseorang. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh defisiensi besi sekunder karena kebutuhan besi seorang ibu hamil akan meningkat sebagai suplai besi untuk janin. Kadar Hb menunjukkan status anemia. Ibu yang mempunyai kadar Hb < 11 gr % berarti menderita anemia. Penelitian oleh Mulyawati, dkk. (2011) di RSI YAKKIS Gumolong Kabupaten Sragen menunjukkan adanya hubungan usia ibu dengan persalinan sectio caesarea. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab pendarahan pascapersalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu.

4. Riwayat Persalinan
Persalinan sectio caesarea dengan irisan perut dan rahim secara vertikal membuat ibu hamil rentan mengalami perobekan pada rahim saat mengejan pada proses persalinan normal yang dapat berpotensi menyebabkan perdarahan. Oleh karena itu, untuk menghindari morbiditas dan mortalitas pada ibu dengan riwayat sectio caesarea terutama sectio caesarea dengan irisan vertikal, maka persalinan sectio caesarea menjadi pilihan (Anonim, 2009).

Kelemahan dan Kelebihan Persalinan Caesar
Kelemahan Persalinan Caesar
Bila Ibu bersalin secara caesar, maka ada beberapa hal ketidaknyamanan yang kelak dirasakan meski operasi dijalankan sesuai standar operasionalnya. Beberapa hari pertama pascapersalinan, akan timbul rasa nyeri hebat yang kadarnya dapat berbeda-beda pada setiap Ibu. Proses pemulihan cenderung berlangsung lebih lama, sehingga Ibu harus menjalani waktu rawat inap yang lebih lama ketimbang persalinan normal. Efek obat biusnya dapat membuat bayi cepat mengantuk, sulit saat harus mulai bernapas saat dilahirkan, sembelit, dan masuk angin. Sementara cara penyuntikkan obat bius di tulang punggung dapat membuat Ibu sering merasakan kesemutan dan rasa pusing cukup hebat di kemudian hari. Operasi besar ini menimbulkan trauma operasi, seperti terjadinya risiko perdarahan dua kali lebih besar ketimbang persalinan normal dan juga risiko kerusakan kandung kemih. Tentu saja biaya persalinan caesar akan jauh lebih mahal.

Kelebihan Persalinan Caesar
Bila indikasi medis membuat persalinan normal menjadi berisiko tinggi, persalinan caesar tentu saja menjadi cara teraman. Ibu yang memilih dibius secara lokal dapat melahirkan secara sadar, sehingga bisa segera menyusui si bayi dengan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) segera setelah operasi. Selain itu, karena tidak ada proses mengejan, risiko meregangnya otot-otot dasar panggul dan vagina menjadi berkurang. Proses persalinan dengan cara ini relatif singkat—membutuhkan waktu kurang dari satu jam.

Persalinan Normal setelah Caesar
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengungkapkan, sekitar 60%-80% wanita yang pernah melakukan caesar bisa melahirkan secara normal pada kehamilan setelahnya.

Seiring dengan meningkatnya pengetahuan para ibu hamil, disertai berbagai pertimbangan dan diikuti pemeriksaan sebelum melahirkan, kini melahirkan normal setelah caesar (vaginal birth after caesar/VBAC) sudah banyak ditempuh para ibu. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan prasyarat melahirkan normal yang aman terpenuhi, misalnya jahitan sudah bagus, berat badan baby bagus, letak plasenta normal dan posisi kepala bayi sudah di bawah/masuk panggul, hampir bisa dipastikan ibu bisa melahirkan VBAC.

Idealnya, baik dari segi kesehatan ibu dan usia anak, jarak kehamilan adalah 2 tahun. Literatur menyatakan minimal jarak persalinan dengan persalinan berikutnya antara 18-24 bulan, bila ingin mencoba melahirkan normal setelah persalinan caesar. Ada juga yang menyatakan interval 18 bulan untuk kehamilan berikut. Interval persalinan ini juga dipengaruhi riwayat penyembuhan luka caesar, ada tidaknya komplikasi saat operasi serta indikasi caesar pertama.
Saat persalinan caesar, ada 7 lapisan perut yang dibuka, misalnya lapisan kulit, lapisan lemak, sampai akhirnya adalah rahim. Usai bayi keluar, tiap lapisan akan dijahit satu persatu. Luka di kulit perut umumnya dalam 1 minggu sudah menutup sempurna. Namun luka dalam dinding perut yang berlapis-lapis mungkin baru sembuh sempurna dalam 3 bulan, sedangkan luka rahim diperkirakan dalam 3-6 bulan.Yang menjadi pantauan ahli bukan hanya luka bekas jahitan yang letaknya di permukaan kulit semata –bekas jahitan tampak oleh mata-, melainkan kondisi rahim. Dan sampai saat ini, belum ada obat yang bisa membuat lapisan-lapisan ini cepat sembuh atau siap untuk kembali ‘membesar’. Semakin dekat jarak persalinan Caesar dengan kehamilan berikut, semakin kecil kesempatan untuk melakukan persalinan berikutnya secara normal.

Mayoritas Alasan Bunda memilih Persalinan Normal Padahal Persalinan Sebelumnya Caesar

Apa sih alasan melahirkan normal, bahkan setelah caesar? Ini dia alasannya:
1.Tubuh perempuan dirancang sedemikian rupa oleh Yang Maha Kuasa, dengan satu lubang untuk melahirkan, sehingga pada dasarnya mampu melahirkan secara normal.

2.Persalinan normal (tanpa indikasi penyulit) jelas lebih aman bagi bayi dan ibunya.

3. Dengan melahirkan normal, ibu cepat memulihkan diri dan konsentrasi penuh merawat bayi.

4. Dengan melahirkan normal, ririko terjadinya infeksi jauh lebih kecil dibanding caesar

5. Melahirkan secara caesar, pemulihan bagi ibu lebih lama, dengan demikian tidak bisa langsung merawat dan berkonsentrasi penuh merawat bayinya. Dengan demikian masa rawat inap di RS juga lebih lama.

6. Dengan melahirkan normal, ibu lebih kondusif untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dibanding melahirkan secara caesar. Walau demikian IMD tetap dianjurkan dan sudah banyak dilakukan oleh para ibu yang melahirkan secara caesar.

7. Melahirkan secara caesar, biayanya jauh lebih besar dibanding melahirkan secara normal.

Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2013/11/konsep-dasar-sectio-caesaria.html
Thanks for Your visit
Section Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melaului suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram ( Wiknyosastro, 2005) Read more: http://www.abcmedika.com/2013/11/konsep-dasar-sectio-caesaria.html#ixzz3BkcrgUw1

Copyright © 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2013/11/konsep-dasar-sectio-caesaria.html
Thanks for Your visit
0 Comments
Komentar

No comments:

Post a Comment