Efek Blog

Tuesday 5 August 2014

Obat Herbal Cairan Ketuban yang Sedikit (Olygohidramnion)



Cairan ketuban adalah salah satu bagian dari sistem pendukung kehidupan bayi yang terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan. Cairan ini bisa melindungi bayi dan membantu pertumbuhan dan perkembangan otot, kaki, paru-paru dan sistem pencernaan bayi, menjadi bantalan untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar, menstabilkan perubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas, sampai mengatur tekanan dalam rahim. Tak hanya itu air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi.

Pada awalnya cairan ketuban berisi air yang berasal dari ibunya, tapi pada usia kehamilan 20 minggu cairan ketuban berisi urin janin. Cairan ketuban ini bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi, jika terlalu rendah disebut dengan oligohidramnion dan jika terlalu tinggi disebut dengan polihidramnion. Cairan ketuban ini tidak boleh sedikit, tapi beberapa komplikasi bisa menyebabkan cairan ketuban ibu hamil habis yang bisa membahayakan ibu hamil dan bayinya.

Saat usia kehamilan 25-26 minggu, jumlahnya rata-rata 239 ml. Lalu meningkat jadi+ 984 ml pada usia kehamilan 33-34 minggu dan turun jadi 836 ml saat janin siap lahir.

Olygohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban terlalu sedikit. Dokter bisa mengukur jumlah cairan ini melalui beberapa metode, dan yang paling sering adalah melalui indeks cairan ketuban (Amniotic Fluid Index/AFI). Jika volume cairan kurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32-36 minggu, maka akan dicurigai mengalami oligohidramnion. Kondisi ini bisa terjadi selama masa kehamilan, tapi yang paling umum adalah saat trimester ketiga.

Jika waktu melahirkan sudah lewat hingga dua minggu atau lebih, maka tingkat cairan ketuban beresiko menjadi rendah karena cairan ketuban pada umumnya akan berkurang setelah mencapai usia kehamilan 42 minggu.
Ada beberapa definisi istilah oligohidramnion yang biasanya dipakai diantaranya:
· Berkurangnya volume air ketuban (VAK)
· Volumenya kurang dari 500 cc saat usia 32-36 minggu
· Ukuran satu kantong (kuadran) < 2 cm
· Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < presentil kelima
· Kurangnya jumlah amniotic fluid volume (AFV)
· AFV < 500 ml pada usia gestasi 32-36 minggu
· Single deepest pocket (SDP) < 2 cm

Insidensi Olygohidramnion (Volume Air Ketuban yang sedikit)
Marks dan Divon menemukan oligohidramnion yang didefinisikan sebagai indeks cairan amnion sebesar 5 cm atau kurang pada 12 persen dari 511 kehamilan berusia 41 minggu atau lebih. Pada 121 wanita yang diteliti secara longitudinal, terjadi penurunan rata-rata indeks cairan amnion sebesar 25 persen per minggu setelah 41 minggu. Akibat berkurangnya cairan, risiko kompresi tali pusat, dan pada gilirannya gawat janin, meningkat pada semua persalinan, tetapi terutama pada kehamilan postterm.

Epidemiologi Olygohidramnion
sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu sedikit. Olygohydramnion dapat terjadi kapan saja selama masa kehamilan, walau pada umumnya sering terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Sekitar 12% wanitayang masa kehamilannya melampaui batas waktu perkiraan lahir (usia kehamilan 42 minggu) juga mengalami olygohydrasmnion, karena jumlah cairan ketuban yang berkurang hampir setengah dari jumlah normal pada masa kehamilan 42 minggu.

Patofisiologi Olygohidramnion Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat menekanorgan-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru,tungkai dan lengan. Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatkan resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan. Jika ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir kehamialn, oligohydramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin dan menyebabkan kematian janin.
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru ( paru-paru hipoplastik ), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
Gejala Sindroma Potter berupa :
- Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung
yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
- Tidak terbentuk air kemih
- Gawat pernafasan,
Pada kehamilan sangat muda, air ketuban merupakan ultrafiltrasi dari plasma maternal dan dibentuk oleh sel amnionnya. Pada trimester II kehamilan, air ketuban dibetuk oleh difusi ekstraselular melalui kulit janin sehingga komposisinya mirip dengan plasma janin. Selanjutnya setelah trimester II, terjadi pembentukan zat tanduk kulit janin dan menghalangi disfusi plasma janin sehingga sebagian besar air ketubannya dibentuk oleh sel amnionnya dan air kencingnya.

Ginjal janin mengeluarkan urin sejak usia 12 minggu dan setelah mencapai usia 18 minggu sudah dapat mengeluarkan urin sebanyak 7-14 cc/hari. Janin aterm mengeluarkan urin 27 cc/jam atau 250 cc dalam sehari.

Sirkulasi air ketuban sangat penting, sehingga jumlahnya dapat dipertahankan dengan tetap. Pengaturannya dilakukan oleh tiga komponen penting berikut:
a. Produksi yang dihasilkan oleh sel amnion.
b. Jumlah produksi air kencing.
c. Jumlah air ketuban yang ditelan janin.

Setelah trimester II sirkulasinya makin meningkat sesuai dengan tuanya kehamilan sehingga mendekati aterm mencapai 500 cc/hari.

Produksinya akan berkurang jika terjadi insufisiensi plasenta, kehamilan post term, gangguan organ perkemihan, janin terlalu banyak minum, sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah air ketuban intrauteri “ologohidramnion” dengan kriteria:
a. Jumlah kurang dari 200 cc.
b. Kental. 
c. Bercampur mekonium.

Penyebab rendahnya cairan ketuban adalah:
1. Kelainan kongenital (janin) yang berhubungan dengan kelainan sistem saluran kemih, seperti; ginjal tidak berkembang secara normal, atau terjadi penyumbatan saluran kemih.

2. Adanya masalah pada plasenta, karena jika plasenta tidak memberikan darah dan nutrisi yang cukup untuk bayi akan memungkinkan ia untuk berhenti mendaur ulang cairan.

3. Ada kebocoran atau pecahnya dinding ketuban yang membuat air ketuban keluar dari rahim.

4. Usia kehamilan sudah melewati batas, hal ini menyebabkan turunnya fungsi plasenta yang membuat cairan ketuban berkurang.

5. Adanya komplikasi pada sang ibu, misalnya dehisrasi, hipertensi, pre eklampsia, diabetes dan hipoksia kronis.

6. Proses menelan. Janin bisa menelan cairan ketuban sebanyak 20 ml per jam atau kurang lebih setengah dari jumlah total cairan ketuban per hari. Tetapi, jumlah cairan yang ditelan ini hampir sebanding dengan produksi urin janin

Klasifikasi Olygohidramnion
1. Olygohidramnion Awitan Dini
Sejumlah keadaan dilaporkan berkaitan dengan berkurangnya cairan amnion. Oligohidramnion hampir selalu nyata apabila terjadi obstruksi saluran kemih janin atau agnesis ginjal. Oleh karenanya, anuria hampir pasti merupakan etiologi pada kasus-ksus seperti itu. Kebocoran kronik suatu defek di selaput ketuban dapat mengurangi volume cairan dalam jumlah bermakna, tetapi seringkali kemudian segera terjadi persalinan. Pajanan ke inhibitor enzim pengubah – angiostetin (ACEI) dilaporkan berkaitan dengan oligohidramnion. Sebanyak 15 sampai 25 persen kasus berkaitan kasus berkaitan dengan anomali janin mampu memvisualisasikan struktur-struktur janin pada hanya separuh dari wanita yang dirujuk untuk evaluasi ultrasonografi terhadap oligohidramnion midtrimester. Mereka melakukan amnionfusi dan kemudian mampu melihat 77 persen dari struktur-struktur yang dicitrakan secara rutin. Indentifikasi anomali terkait meningkat dari 12 menjadi 13 persen.

2. Olygohidramnion pada Tahap Lanjut
Volume cairan ketuban secara normal berkurang setelah usia gestasi 35 minggu. Dengan menggunakan indeks cairan amnion kurang dari 5 cm, Casey dkk, mendapatkan insidensi oligohidramnion pada 2,3 persen dari 6400 kehamilan lebih yang menjalani sonografi setelah minggu ke-34 di Parkland hospital. Mereka memastikan pengamatan-pengamatan sebelumnya bahwa hal ini berkaitan dengan peningkatan resiko hasil perinatal yang merugikan. Pada kehamilan yang terpilih karena “resiko tinggi”, Magann, dkk, tidak mendapatkan bahwa oligohidramnion ( indeks cairan kurang dari 5 cm ) meningkatkan resiko penyulit intrapartum seperti mekonium kental, deselerasi variabel frekuensi denyut jantung, seksio sesarea atas indikasi gawat janin, atau asidemia neonatus. Chaunhan melakukan meta analisis terhadap 18 penelitian yang meliputi lebih dari 10.500 kehamilan yang indeks cairan amnion intrapartumnya kurang dari 5 cm. Dibandingkan dengan kontrol yang indeksnya lebih dari 5 cm, wanita dengan oligohidramnion memperhatikan peningkatan resiko bermakna untuk seksio.

Faktor Risiko terjadinya Olygohidramnion
Wanita dengan kondisi berikut akan meningkatkan insiden terjadinya oligohidramnion, yaitu :
· Anomaly congenital ( misalnya agenosis ginjal, sindroma potter )
· Retradasi pertumbuhan intra uterin
· Ketuban pecah sebelum waktunya ( usia kehamilan 24 – 26 minggu )
· Sindroma paska maturitas
· Terdapat riwayat Hipertensi atau preeklampsia
· Riwayat obstetric yang jelek

Gejala yang muncul jika cairan ketuban sedikit adalah:

· Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.

· Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.

· Sering berakhir dengan partus prematurus.

· Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.

· Persalinan lebih lama dari biasanya.

· Molding : uterus mengelilingi janin

· Janin dapat diraba dengan mudah

· Tidak ada efek pantul pada janin

· Sewaktu his akan sakit sekali.

· Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan hampir tidak ada yang keluar. Gejala dan tanda tersebut di dasarkan pada fakta bahwa cairan amnion yang ditemukan berada di bawah jumlah yang normal untuk usia kehamilan tertentu. Pada kehamilan normal, cairan amnion wanita bervariasi dan dapat mengalami fluktuasi. Umumnya cairan amnion meningkat hingga mencapai 1000 ml pada trimester 3 kehamilan. Menginjak usia kehamilan 34 minggu jumlah tersebut mulai berkurang secara bertahap dan menyisakan sekitar 800ml pada usia cukup bulan. Pengukuran volume cairan amnion dilakukan dengan cara ultrasonografi dan ini merupakan komponen standar pada pemeriksaan ultrasonografi lengkap dengan profil biofisik.

Diagnosa Olygohidramnion
Diagnosa dibuat dengan pemeriksaan USG yaitu dengan mengukur indeks caira ketuban (Amniotic Fluid Index= AFI). Tetapi secara klinis (dengan pemeriksaan fisik) bisa diduga dengan : pengukuran tinggi rahim dari luar serta bagian bayi yang mudah diraba dari luar (didinding perut ibu). Namun hal ini hanya berupa asumsi/dugaan saja, tetap haris dikonfirmasi dengan USG. USG juga bisa melihat anantomi janin untuk melihat kelainan seperti ginjal yang tidak tumbuh (dengan tidak terlihatnya pipis di kandung kemih janin). Serta untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan janin. Pemeriksaan dengan spekulum dapat dilakukan guna mendeteksi adanya kebocoran air ketuban akibat pecahnya air ketuban.

Penatalaksanaan Medis Olygohidramnion
Tindakan Konservatif :
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin ( hitung pergerakan janin, NST, Bpp ).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran Penatalaksanaan bergantung pada usia kehamilan,pada kehamilan Pre-term : mengevaluasi dan memonitor keadaan fetal dan maternal agar tetap dalam kondisi optimal

Prognosis Olygohidramnion
Hasil janin pada oligohidramnion awitan dini buruk. Dari sekitar 80 persen kehamilan semacam itu dan hanya separuh dari janin-janin ini yang selamat. Dan sekitar 34 kehamilan midtrimester yang mengalami penyulit oligohidramnion dan didiagnosis secara ultrasonografis berdasarkan tidak adanya kantung cairan amnion yang besarnya tidak adanya kantung cairan amnion yang besarnya lebih dari 1 cm di semua bidang vertikal. Sembilan (26 persen) dari janin-janin ini mengalami anomali, dan 10 dari 25 yang secara fenotipe normal mengalami abortus spontan atau lahir mati karena hipertensi ibu yang parah, hambatan pertumbuhan janin, atau solutio plasenta. Dari 14 bayi lahir hidup, dengan delapan lahir preterm dan tujuh meningkat meninggal. Enam bayi yang lahir aterm tumbuh normal. Oligohidramnion sebelum minggu ke-37 pada jani yang tumbuh sesuai masa kehamilannya memperhatikan peningkatan angka kelahiran preterm sebesar tiga kali lipat, tetapi tidak untuk hambatan pertumbuhan atau kematian janin.
Temuan lain melaporkan otopsi pada 89 bayi dengan sekuensi oligohidramnion. Hanya 3 persen yang memiliki saluran ginjal normal; 34 persen menderita agnesis ginjal bilateral; 34 persen displasia kistik bilateral; 9 persen agnesis unilateral dengan displasia; 10 persen kelainan saluran kemih minor. Bayi yang tadinya normal dapat mengalami awitan dini yang parah. Perlekatan antara amnion dan bagian-bagian janin dapat menyebabkan kecacatan serius termasuk amputasi. Selain itu, akibat tekanan dari semua sisi, penampakan janin menjadi aneh, dan kelainan otot-rangka, misalnya kaki gada (clubfoot) sering terjadi.

Komplikasi Olygohidramnion
· Congenital malformation
· Pulmonary hypoplasia
· Fetal compression syndrome
· Amniotic band syndrome
· Abnormal fetal growth or IUGR
· Decreased fetal blood volume, renal blood flow, and, subsequently, fetal urine output
· Fetal morbidity

Pengobatan Olygohidramnion dengan Tahitian Noni Bioactive Beverage

Mekanisme kerja secara ilmiah mampu bekerja di tingkat molekular untuk :
  • Meningkatkan dan merevitalisasi sistem kerja tubuh (self healing), bekerja melindungi, memperbaiki, mengaktifkan, meremajakan dan meregenerasi sel secara optimal
  • Memberikan efek manfaat yang optimal serta aman dikonsumsi baik oleh wanita hamil, menyusui, bayi, anak-anak hinggak orang dewasa, yang mencakup segala kondisi kesehatan.
For Consultasi : 081296033337 


  

 
0 Comments
Komentar

No comments:

Post a Comment