Artikel ini dibuat, karena terinspirasi
dari pengalaman merawat pasien yang menderita TB Paru yang tdak mendapatkan
pengobatan maksimal karena dianggap hanya batuk biasa, kemudian berniat berobat
ketika paru- paru sudah dianggap sangat sempit untuk bernafas. Pasien dan istri
ketemu tim dan berdiskusi untuk mendapatkan pengobatan dengan Tahitian Noni
Bioactive Beverage. Dari gejala- gejala yang diberitahu oleh istri pasien,
pasien potensial mengalami TB Paru. Tim menginstruksikan pasien untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium untuk memastikan bahwa penderita positif menderita TB
Paru mengingat pasien dan istri belum pernah berobat ke dokter spesialis. Tim
juga menanyakan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit lainnya ??? Istri
menjawab hanya menderita sakit maag saja. Tim menjelaskan bahwa selama
mengkonsumsi Tahitian Noni Bioactive Beverage, pasien akan mengalami
detoksifikasi (pembuangan racun/ pembersihan sel- sel tubuh dari zat- zat
berbahaya) dan menimbulkan beberapa ketidaknyamanan seperti diare, mual,
muntah, pusing, batuk- batuk, sesak dan lain sebagainya. Namun ketidaknyamanan
tersebut memang akan muncul diakibatkan karena sel tubuh sedang sakit,
ketidaknyamanan tersebut tidak akan dirasakan apabila sel- sel tubuh sehat.
Bila penderita memiliki penyakit yang lain maka pasien akan merasakan kembali
rasa sakit berhubungan dengan penyakit tersebut.
Beberapa hari kemudian, istri membawa
suaminya untuk melakukan pemeriksaan laboratorium, namun sayang mereka salah
mengikuti antrian….mereka mengikuti antrian untuk berobat ke dokter spesialis
penyakit dalam. Sebelum mendiagnosa, dokter tersebut melakukan pemeriksaan
X-Ray. Lalu dokter menyatakan bahwa pasien wajib rawat inap karena menderita
TB. Paru. Karena niatan pasien dan istri hanya untuk cek saja, maka mereka
tidak melakukan hal tersebut. Lalu, kembali mendiskusikan kondisi pasien kepada
tim dan akhirnya sepakat mengkonsumsi Tahitian Noni Bioactive Beverage. Tim
menyarankan ada baiknya pasien dirawat mengingat kondisi dalam keadaan lemah.
Namun dengan mempertimbangkan beberapa hal, pasien dan istri tidak mau dirawat.
Hanya dalam waktu 2 minggu TRUAGE Score pasien adalah 5, lewat dari 2 minggu
konsumsi Tahitian Noni Bioactive Beverage pasien mengalami diare, kembung dan nafsu
makan benar- benar menurun. Tim menginstruksikan pasien untuk berobat kedokter,
tetapi diare hanya berhenti sampai sebatas obat saja. Jalan ke- 3 minggu batuk
dan sesak hamper tidak ada lagi namun diare terus menerus, kondisi lemah, pucat
karena nafsu makan menurun, ditambah terjadi haemorrhoid. Lalu istripun
mengatakan bahwa sebelumnya pasien juga pernah mengalami hal ini. Akhirnya tim
kembali menganjurkan pasien untuk benar- benar melakukan pengobatan. Dan
pasienpun dirawat, setelah dilakukan pemeriksaan darah diagnose pasien TB Paru
dan akan dilanjutkan pemeriksaan biakan sputum, tapi tenakes heran karena
pasien tidak ada mengalami batuk ataupun sesak. Kemudian dilakukan pemeriksaan
endoscopy lalu diagnosa TB Usus tegak.
Dari kisah nyata diatas, bahwa sebenarnya
tidak ada sakit yang tidak didahului oleh tanda- tanda…ketika tanda- tanda
sakit itu dating, apalagi tidak sembuh selama berbulan- bulan bahkan
bertahun…maka hendaknya kita segera mencari pengobatan sebelum terlambat. Tidak
ada kata tidak Mampu, kenapa kebanyakan kita MAMPU ketika penyakit sudah
bermetastase dan sulit untuk disembuhkan ???
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Prevalensi
Tuberculosis (TBC)
merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini,
belum ada satu negara pun yang bebas TBC. Angka kematian dan kesakitan akibat
kuman mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi.
Tingkat prevalensi
penderita TBC di Indonesia diperkirakan sebesar
289 per 100 ribu penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100 ribu penduduk.
Bahkan 27 dari 1.000 penduduk terancam meninggal seperti yang dilaporkan
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia yang dihimpun sepanjang 2011 mengenai tuberkulosis
(TBC) di Indonesia.
Laporan tersebut juga
meliris bahwa angka penjaringan penderita baru TBC meningkat 8,46 persen dari
744 penderita TBC di 2010 menjadi 807 per 100.000 penduduk di 2011. Namun,
kabar baiknya angka kesembuhan pada 2011 mencapai target sebesar 83,7 persen
dan angka keberhasilan pengobatan pada 2011 mencapai target sebesar 90,3
persen.
Berdasarkan
Tempat TB
Penyakit tuberkulosis
bisa terjadi baik di paru maupun di luar paru.
Tuberkulosis di luar paru bisa terjadi di tulang, selaput otak, di usus atau
selaput usus yang disebut peritoneum. Walaupun jarang, tuberkulosis bahkan juga
bisa terjadi di kulit.
Tuberkulosis pada umumnya disebabkan oleh kuman
Mycobacterim tuberculosis. Penderita paru yang tak diobati bisa mengeluarkan
butiran ludah (droplet) yang mengandung kuman tuberkulosis. Butiran tersebut
bisa terhirup orang lain dan masuk ke dalam paru-paru. Kuman akan bersarang di
sana dan kemudian juga bisa menyebar melalui kelenjar bening dan darah.
Penyebaran melalui darah memungkinkan terjadinya tuberkulosis di luar paru
seperti peritonitis tuberkulosa (radang selaput usus karena tuberkulosis).
Penyebab TB Usus
Mendengar istilah penyakit TBC usus, orang sering
mengaitkan nya dengan penyakit TBC yang banyak di idap anggota masyarakat TB
Paru yang menyerang paru-paru. Memang TBC pada organ utama pernapasan itu erat
sekali kaitannya dengan penyakit TB Usus. Malahan kuman – kuman dari TBC paru
disinyalir sebagai penyebab utama munculnya penyakit TBC usus itu. Penyakit TB
usus di perkirakan oleh serangan kuman TBC.
Seperti yang terjadi pada pasien kami,
yang mengalami TB Usus namun sebelumnya telah menderita TB Paru.
Kuman ini bisa berasal dari
penyakit TBC aktif di paru-paru dan darah yang mengandung kumah TBC lalu masuk
ke dalam lambung. Kemudian terbawa ikut masuk ke usus halus dan berkembang biak
di tempat yang baru. kuman di usus dan bagian – bagian lain pada saluran
pencernaan juga selaput penutup usus di rongga perut.
Penyakit TB usus ini menimbulkan gejala berupa perut terasa
kembung, muntah dan mencret disertai rasa sakit di perut. Akibat yang lebih
berat lagi adalah adanya sumbatan usus atau pembesaran di bagian usus tertentu
dan teraba sebagai tumor di perut bagian kanan
bawah. Pada TB usus sering pula usus tidak di temukan sama sekali penyakit nya.
Gejala
Umum
Gejala umum peritonitis tuberkulosa
yaitu tuberkulosis pada dinding perut (peritoneum).
Gejala ini hampir sama pada penyakit tuberkulosa di paru yaitu :
1.
Demam,
2.
Nafsu makan berkurang,
3.
Berat badan turun,
4.
Merasa nyeri di perut.
5.
Selain itu, juga akan terdapat gejala khusus
yang berkaitan dengan gangguan fungsi usus seperti nyeri perut, ada benjolan di
perut atau gangguan buang air besar. Pada keadaan akut bisa terjadi peritonitis
tuberkulosa yang disangka appendicitis (radang usus buntu). Pada operasi akan
didapati usus buntu namun terdapat bercak putih pada selaput dinding perut yang
menyerupai keju.
Diagnosis
Diagnosis peritonitis tuberkulosa lebih sulit
ditegakkan daripada tuberkulosis paru. Di samping pemeriksaan klinis diperlukan
juga pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan ultrasonografi, CT Scan abdomen,
bahkan mungkin pemeriksaan laparaskopi. Oleh karena itu, memang biasanya
diagnosis agak lambat. Untunglah, terapi peritonitis tuberkulosa pada
prinsipnya sama dengan tuberkulosis paru. Hasil pengobatan juga baik namun
diperlukan kepatuhan minum obat. Setelah dua minggu minum obat biasanya gejala
mulai berkurang, nafsu makan membaik, dan kemudian pasien merasa sehat. Berat
badan juga akan meningkat. Meski sudah merasa sehat namun jangan sampai obat
tuberkulosis dihentikan. Berkonsultasilah dengan dokter dan pahami obat-obat
yang digunakan serta berapa lama obat tersebut
perlu digunakan.
Obat tuberkulosis
dewasa ini umumnya jarang menimbulkan efek samping. Jika terjadi efek samping
biasanya ringan. Karena itu jangan sampai menghentikan obat sendiri jika
terjadi efek samping. Segeralah berkonsultasi dengan dokter agar bisa dicarikan
obat pengganti atau obat yang sama akan tetap diberikan namun dalam dosis bertahap.
Penularan
tuberkulosis biasanya melalui butiran ludah seperti dikemukan sebelumnya. Pada
umumnya seseorang yang mengalami peritonitis tuberkulosa, setelah kuman
tuberkulosa di udara terhirup masuk ke paru, kemudian kuman tersebut akan
menyebar ke luar paru. Namun ada beberapa faktor yang memudahkan penularan
kuman tuberkulosis yaitu lingkungan udara yang pengap, adanya sumber penularan berupa
penderita tuberkulosis paru yang tidak diobati, atau diobati namun tidak
tuntas, serta orang sekitar yang kekebalan tubuhnya rendah misalnya karena
kurang gizi. Karena itu tuberkulosis lebih banyak dijumpai di permukiman padat,
kumuh dengan penduduk yang kekebalan tubuhnya rendah.
Perbaikan
lingkungan serta keadaan kesehatan penduduk yang baik akan mampu mengurangi
penularan tuberkulosis. Salah satu usaha terpenting adalah menemukan penderita
tuberkulosis paru dan mengobatinya sehingga tidak lagi menjadi sumber
penularan. Selain itu, keadaan lain yang juga perlu diperhatikan adalah gejala
batuk. Jika batuk lebih dari dua minggu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
agar bisa dilakukan evaluasi, apakah batuk tersebut memang disebabkan oleh
tuberkulosis paru. Peritonitis tuberkulosa jika tidak diobati, bisa menimbulkan
komplikasi serius, misalnya perlengketan usus yang bisa menyebabkan usus
menjadi tersumbat.
Menjaga kesehatan
pada umumnya, seperti: gizi yang baik, istirahat yang cukup, serta lingkungan
sekitar dengan udara yang bersih merupakan hal yang harus dilakukan untuk
menjaga agar keluarga Anda tidak tertular tuberkulosis. Imunisasi untuk
mencegah penularan tuberkulosis diberikan pada semua anak dalam bentuk program
imunisasi nasional melalui penyuntikan BCG.
VII.
Pengobatan TRADISIONAL ALAMI PENYAKIT TB USUS dengan Tahitian Noni Bioactive Beverage
Mekanisme Kerja
TNBB (Tahitian Noni Bioactive Beverage)
Mekanisme
kerja secara ilmiah mampu bekerja di tingkat molekular untuk :
1. meningkatkan dan merevitalisasi sistem kerja tubuh (self
healing), bekerja
melindungi, memperbaiki, mengaktifkan, meremajakan dan meregenerasi sel secara
optimal.
2. Memberikan efek
manfaat yang optimal serta aman dikonsumsi baik oleh wanita hamil, menyusui,
bayi, anak-anak hinggak orang dewasa, yang mencakup segala kondisi
kesehatan.
Produk Tahitian Noni Bioactive Beverage (TNBB) BUKAN Untuk
DICOBA tapi Sudah TERBUKTI.
Bahkan Sudah Ribuan Pasien di Indonesia bahkan Jutaan Pasien di Dunia telah TERTOLONG
dan BEBAS dari Masalah PENYAKIT Yang Di derita selama Berbulan-bulan
bahkan ada yang sudah Bertahun-tahun.
Ketika Tahitian Noni Bioactive Beverage (TNBB)
dinyatakan sebagai Produk Nutraseutikal yang AMAN, EKSOTIK dan TERUJI;
maka sesungguhnya pernyataan klaim
ini berdasarkan RISET Yang BERKESINAMBUNGAN. Bertahapnya Anugrah Hak
Paten dari USPTO (United States Patent Application) dan WIPO (World
Intellectual Property Organization) yang
setiap tahun terus bertambah. Bahkan Ratusan Hak Paten Efek Terapeutik
TAHITIAN NONI Juice itupun merupakan Hasil Riset yang Berkesinambungan.
Program Riset Berkesinambungan adalah KOMITMEN UTAMA Tahitian Noni International Inc. Untuk terus mengeksplorasi rahasia etnomedika warisan nenek bangsa Polinesia dan mempersembahkan produk olahan Morinda citrifolia L. Yang TERBAIK untuk MASYARAKAT DUNIA (Global). Hal ini terbukti dengan terjadinya peningkatan statistik publikasi riset tahunan tentang Morinda citrifolia L. Pasca berdirinya Tahitian Noni International.
Sejauh ini hasil-hasil riset Tahitian Noni Bioactive Beverage (TNBB) telah dipublikasikan dalam sejumlah jurnal internasional. Banyaknya publikasi ini mengisyaratkan komunitas ilmiah internasional telah mengakui eksitensiTahitian Noni Bioactive Beverage (TNBB) pada khususnya, dan etnomedika Morinda citrifolia L. pada umumnya.
Pengobatan alami Tuberkulosis
Usus dengan TAHITIAN NONI ® Bioactive Beverage ™. TAHITIAN NONI ® merupakan
pengobatan alami Tuberkulosis Usus, aman tanpa efek samping dalam proses
penyembuhan nya.
1.
Adapun
konsentrasi ekstrak dari Tahitian Noni® Bioactive Beverage™ mampu membunuh 89%
pathogen yang menyebabkan tuberkolosis (anti bakteri).
2.
Tahitian Noni® Bioactive Beverage™ mengandung
iridoid sebagai anti inflamasi yang baik dan bersifat sebagai adaptogen.
3.
Tahitian Noni®
Bioactive Beverage™ sebagai imunomudulator sehingga dapat meningkatkan imunitas
kesehatan tubuh dan memulihkan kesehatan penderita Tuberculosis