Efek Blog

Wednesday 2 July 2014

Penyakit dan Masalah Kesehatan Lainnya yang Muncul atau Bisa disembuhkan selama Berpuasa

Bulan Puasa merupakan kesempatan emas dalam mendulang pahala. Tak hanya ibadah yang besar, bahkan tidur orang yang berpuasa konon merupakan ibadah yang akan diberi pahala oleh Allah SWT. Tapi tentu saja, puasa yang dijalani harus sesuai dengan syariat yang berlaku.

Dalam menjalankan puasa, tubuh kita sering kali mendapatkan banyak gangguan dan halangan. Gangguan dan halangan ini kadang kala mengurangi kekhusyukan kita dalam menjalani ibadah yang dijalankan sebulan dalam setahun. Apa sajakah gangguan yang sering menimpa tubuh kita pada saat puasa?

Sariawan
Sariawan biasanya timbul akibat kulit dalam rongga mulut yang tergigit, mengonsumsi makanan atau minuman panas dan pedas, kekurangan vitamin C, kekurangan zat besi, kebersihan mulut yang tidak terjaga, hingga adanya kelainan saluran pencernaan. Namun pada saat kita puasa, sariawan terjadi biasanya karena tubuh kekurangan vitamin C.

Untuk itulah, mengonsumsi vitamin C yang cukup saat berbuka dan sahur merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah dan mengobati sariawan. Caranya bisa dengan mengonsumsi suplemen vitamin C secara langsung ataupun dengan makan buah-buahan yang kaya akan vitamin C seperti jambu batu dan jeruk.

Maag
Sakit mag adalah gangguan yang juga sering hadir mengisi waktu puasa. Penyakit yang satu ini tak hanya menghinggapi orang yang terbiasa dengan penyakit ini. Bahkan, orang yang sebelumnya tak pernah mempunyai gejala sakit mag, bisa terjangkiti. Penyebabnya sederhana, yaitu karena lambung kaget dan belum terbiasa dengan pola makan yang berubah drastis. Alhasil, perut perih melilit dan juga kembung.

Untuk menyikapi penyakit yang satu ini, ada banyak cara yang bisa dilakukan. Misalnya saja mengonsumsi makanan yang aman yang tidak bersifat memancing pengeluaran asam lambung yang berlebih, seperti makanan asam dan pedas, serta kopi dan soda. Tak hanya itu, mengonsumsi obat mag sesudah berbuka dan sesudah sahur juga mampu mengurangi risiko munculnya penyakit mag.

Tekanan darah rendah (hypotensi) dan kurang darah (anemia)
Tekanan darah rendah dan kurang darah (anemia) sering kali muncul saat kita berpuasa. Hal ini tentu saja karena tubuh kekurangan banyak zat selama berpuasa. Gejala yang muncul biasanya adalah keringat yang berlebihan, tubuh lemas, letih, lesu, tidak bertenaga, pucat, serta pusing saat bangun dari posisi duduk.

Untuk menyikapi kondisi tekanan darah rendah dan juga kurang darah (anemia) saat berpuasa, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Misalnya saja adalah mengonsumsi cairan isotonik ketika berbuka dan sahur dalam jumlah yang lebih banyak; mengonsumsi makanan penambah tekanan darah seperti sayur-sayuran hijau dan hati; serta jika diperlukan, konsumsilah suplemen penambah darah saat berbuka atau sahur.

Sakit kepala
Sakit kepala juga sering menyerang saat kita berpuasa. Penyebabnya bisa macam-macam, misalnya saja karena merokok dan minum kopi di siang hari; pekerjaan yang menuntut banyak tenaga; serta menahan rasa kantuk dan juga kurang tidur. Sakit kepala ini bisa semakin parah jika dibarengi dengan penyakit tekanan darah rendah.

Untuk gangguan sakit kepala saat puasa, berhentilah mengonsumsi kopi dan rokok selama puasa. Tak hanya itu, pengaturan pola tidur juga akan sangat membantu. Bagi perempuan, sakit kepala yang diikuti oleh pengeluaran keputihan, ada kemungkinan sakit kepala berhubungan dengan masalah di rahim.

Gula darah rendah (hyperglycemia)
Saat berpuasa, kadar gula dalam darah kita akan rendah. Pada saat itu biasanya muncul gejala lesu, pusing, lelah, susah berkonsentrasi, berkeringat, dan sakit kepala. Ini tentu terkait dengan adanya hormon, adrenalin yang segera bekerja mengubah glukosa darah (gula darah) menjadi glikogen (gula otot).

Untuk mengantisipasi naik-turunnya kadar gula darah yang drastis saat berpuasa dan berbuka, dianjurkan untuk menyantap makanan yang kaya akan karbohidrat kompleks saat berbuka dan sahur. Hal ini tentu saja karera karbohidrat kompleks tidak akan langsung dicerna tubuh menjadi gula. Untuk yang diabetes sebaiknya dilakukan konsultasi dengan dokter yang berwenang.

Kejang otot (kram otot)
Pada saat puasa, otot kita sering kali terasa kaku. Hal ini terjadi karena tubuh kita kurang beberapa mineral yang terlibat dalam kelenturan otot. Mineral-mineral tersebut adalah kalsium. magnesium, dan juga kalium.

Untuk mengantisipasi kejang dan kaku otot saat puasa, konsumsilah makanan yang kaya akan mineral-mineral, misalnya seperti produk-produk susu, produk-produk daging, buah-buahan, serta sayur-sayuran.

Batu ginjal
Jika tidak mendapat asupan air yang cukup, apalagi jika ditambah dengan konsumsi makanan berkalsium tinggi, bukan tidak mungkin, di saluran kencing bisa terbentuk batu ginjal. Dan ini tentu sangat berbahaya.

Untuk mengantisipasinya, minumlah air yang banyak saat berbuka dan sahur. Delapan gelas sehari bisa tetap menjadi patokan. Misalnya saja 5 gelas saat berbuka dan 3 gelas saat sahur.

Konstipasi (sembelit) dan diare
Susah buang air besar jika dibiarkan! bisa menyebabkan penyakit lain. Ya. penyakit itu adalah ambeien (haemorroids) dengan gejala rasa nyeri dan panas di lubang dubur. Adapun diare biasanya muncul jika saat berbuka atau sahur kita mengonsumsi makanan yang pedas, asam, dingin, atau yang lainnya.

Sedangkan penyakit yang dapat dikontrol selama bulan puasa adalah :
Sakit maag : Seseorang dengan sakit maag karena kelainan fungsional, pola makannya akan lebih teratur selama puasa Ramadhan. Pada saat sahur dan berbuka, ia akan menghindari camilan-camilan yang mengandung coklat, keju, makanan berlemak dan berminyak; yang dalam hal ini baik bagi penyembuhan sakit maagnya.

Selain mengkonsumsi makanan camilan yang kurang sehat untuk lambung, selama berpuasa juga akan mengurangi minuman yang mengandungsoda kopi dan alkohol serta rokok. Selama berpuasa, ia juga akan lebih mengendalikan diri, terutama mengendalikan stres, yang merupakan faktor dominan dalam menimbulkan gangguan pada lambung penderita maag karena kelainan fungsional. Makan secara teratur disertai berkurangnya konsumsi makanan camilan dan minuman yang tidak sehat untuk lambung, serta mengendalikan diri dari stres, merupakan faktor penting yang membuat kondisi penderita sakit maag membaik selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Kegemukan, kencing manis, kolesterol tinggi,tekanan darah tinggi dan asam urat : Selama puasa Ramadhan akan terjadi pengurangan asupan makanan, sehingga kita dapat mengurangi berat badan sekitar 5 %. Penelitian membuktikan, asupan kalori orang yang berpuasa akan berkurang selama menjalankan puasa, dan hal ini akan mengontrol berat badannya. Berbagai penyakit metabolik, seperti kegemukan (obesitas), penyakit kencing manis (Diabetes Mellitus/DM), kadar kolesterol dan trigliserida tinggi (dislipidemia), tekanan darah tinggi (hipertensi) dan kadar asam urat tinggi (hiperurisemia), akan lebih baik dan terkontrol jika seseorang yang mengalami penyakit tersebut dapat mengendalikan berat badannya. Puasa Ramadhan merupakan kesempatan yang baik bagi mereka dengan penyakit kronis ini untuk mengendalikan penyakitnya.

Penyakit persendian : Seseorang yang mengalami gangguan pada sendi berupa pengapuran (osteoartritis), terutama pada sendi lutut dan sendi tulang belakang, maka dengan terjadinya pengurangan berat badan, juga akan membantu memperbaiki gangguan sendi yang terjadi. Jika puasa Ramadhan dilaksanakan dengan baik, maka berat badan dapat dikontrol dan dikurangi, sehingga akan memperbaiki keadaan penyakit kronis yang ada. Tetapi tentunya, hal ini dapat terwujud jika kaidah-kaidah selama puasa dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu tidak makan dan minum yang berlebih-lebihan, serta banyak mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran, serta melakukan kegiatan olah raga ringan. Salah satu aktifitas fisik yang sangat baik, yaitu melaksanakan shalat tarawih yang bermanfaat membantu membakar lemak di dalam tubuh jika dilakukan secara rutin. Shalat malam mempunyai manfaat meningkatkan perubahan respon ketahanan tubuh imunologik. Yaitu ketika shalat malam dilakukan dengan tepat, khusyuk, ikhlas, dan kontiniu (terus-menerus). Shalat malam juga mampu menurunkan sekresi (pengeluaran) hormon kortisol, yaitu hormon yang digunakan sebagai tolak ukur stress dan homeostasis tubuh.

Mengatur Pola Makan

Ada beberapa hal yang perlu diketahui, supaya makanan yang dikonsumsi selama bulan puasa dapat menyehatkan badan dan bukan sebaliknya. Hal-hal berikut ini, hendaklah perlu diterapkan untuk mengatur pola makan selama bulan puasa.

1. Perbanyak konsumsi makanan berserat, dan jangan makan berlebihan saat sahur.
Sahur sangat penting untuk mendukung kelancaran ibadah puasa. Makanan yang disantap saat sahur, akan menjadi cadangan energi selama berpuasa. Oleh karena itu, usahakan tidak meninggalkan sahur ketika akan berpuasa, karena juga terdapat berkah dalam makan sahur. Dalam hadits dari Anas Ibnu Malik rahimahullah , bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam makan sahur itu ada berkahnya” (Muttafaqun ’alaih).

Makanan berserat akan memperlancar proses pengeluaran racun dari dalam tubuh dan dapat mengurangi konsentrasi radikal bebas dalam tubuh, hingga sel-sel tubuh menjadi lebih segar dan elastis. Disamping itu, hendaklah tidak makan berlebihan saat sahur, karena dapat menyebabkan melonjaknya kadar gula dalam darah, serta merangsang keluarnya hormon insulin secara berlebihan. Hormon insulin ini akan mengangkut gula darah ke seluruh jaringan tubuh guna diubah menjadi glikogen atau lemak. Apabila kita makan terlalu banyak, maka glikogen dan lemak yang dihasilkan juga berlebihan. Padahal, lemak yang berlebihan sukar diuraikan menjadi gula darah kembali. Akibatnya, seseorang yang makan berlebihan saat sahur tidak bertambah segar, tetapi justru semakin merasa lesu.

2. Perbanyak mengkonsumsi air.
Usahakan tetap mengkonsumsi air delapan gelas setiap harinya. Caranya, antara lain dengan meminum sekitar 2 gelas saat buka puasa, lalu setelah tarawih hingga menjelang tidur, minum lagi sebanyak 3-4 gelas. Sedangkan pada saat sahur, kita bisa minum sebanyak 2 gelas lagi. Minum air tidak selalu berarti air putih saja, tetapi minum teh, susu, sari buah, bahkan kuah sayur juga termasuk dalam jumlah air yang kita konsumsi.

3. Berbuka puasa secara sehat.
Segerakan berbuka ketika waktunya telah tiba, seperti disebutkan dalam salah satu hadits dari Sahal Ibnu Sa’ad Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang-orang akan tetap dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka”. [Muttafaqun ’alaih].

Syari’at Islam yang sempurna telah mengajarkan supaya tidak memberat-beratkan diri dengan menunda berbuka puasa, padahal waktunya telah tiba. Karena hal ini akan berdampak buruk pada kesehatan, terutama pada organ lambung.

Pada saat berbuka puasa, sebaiknya tidak langsung makan dan minum terlampau banyak. Berbuka puasa dengan makanan berat dalam jumlah banyak, justru memberatkan kerja lambung yang sudah dibiarkan beristirahat sekitar 12 jam. Jangan sampai menjadikan waktu berbuka puasa sebagai ajang “balas dendam” setelah seharian menahan lapar dan haus. Hindari langsung meminum air es atau minuman dingin, karena hal ini dapat menekan rasa lapar. Sebaiknya makan dan minum yang manis saat berbuka (disunnahkan berbuka dengan kurma), dan makan makanan ringan yang mudah dicerna. Setelah kadar gula darah berangsur-angsur kembali normal, lakukan shalat Maghrib. Selang setengah jam kemudian, makanlah menu lengkap secukupnya. Setelah shalat tarawih, anda dapat makan lagi, jika masih merasa lapar. Bagi para ibu rumah tangga, menyajikan menu berbuka bagi keluarga tentu sangat menyenangkan. Dan alangkah lebih bijaksana, jika para ibu menyiapkan menu yang sehat dan bergizi untuk menunjang kelancaran ibadah puasa seluruh anggota keluarga.

Mengkonsumsi Suplemen
Setiap orang tentu menginginkan bisa tetap aktif saat puasa dan tetap fit sepanjang hari. Dengan alasan itu, muncul kecenderungan untuk mengkonsumsi suplemen vitamin. Namun perlu diingat, vitamin bukanlah makanan pengganti (subtitusi). Yang penting, kita harus makan makanan sehat dan bergizi, sehingga kebutuhan vitamin tercukupi lewat makanan yang bervariasi. Kita, hendaklah tidak meminum vitamin sembarangan, tetapi konsultasikan dulu kepada dokter. Sebagian besar orang tidak mengetahui berapa kebutuhan dirinya akan vitamin dan mineral. Padahal ada vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E, serta K, yang jika dikonsumsi berlebihan akan tersimpan dalam tubuh dan bisa berbahaya bagi metabolism tubuh.

Makanan alami tentu saja lebih aman. Karbohidrat diperoleh dari nasi, kentang, mie, jagung, dan lainnya, yang biasanya dijadikan menu makanan pokok. Sementara sumber protein ditemukan dalam makanan, seperti daging, ikan, tempe, tahu, ayam, dan sebagainya. Sedangkan sumber vitamin dan mineral ada pada sayuran dan buah-buahan berwarna kuning, hijau tua, atau merah. Dan jika manan alami tidak cukup memenuhi kebutuhan nutrisi, maka sediakan Tahitian Noni Bioactive Beverage, merupakan makanan alami yang kaya nutrisi.


Olahraga
Kondisi fisik seseorang yang sedang berpuasa memang cenderung lemas karena menahan lapar dan haus. Namun demikian, hal itu bukan menjadi alasan untuk tidak berolah raga. Bagaimana pun,olahraga itu penting untuk menjaga kebugaran dan vitalitas tubuh. Satu hal yang perlu diingat, semua harus direncanakan, sehingga tidak menimbulkan efek buruk bagi tubuh.

Bagi orang yang terbiasa berolahraga kemudian berhenti mendadak karena puasa, justru bisa menimbulkan masalah. Minimalnya, otot tubuh yang semula sudah terbentuk jadi merosot lagi. Biasanya seseorang yang terbiasa berolahraga mempunyai selera makan yang bagus. Sehingga bila mendadak berhenti berolah raga tidak akan ada lagi pembakaran glikogen. Akibatnya, berat badan akan naik dan mudah terserang penyakit. Oleh karena itu, pada saat puasa usahakan untuk tetap berolah raga. Olah raga yang sifatnya aerobic merupakan jenis olahraga yang baik saat bulan puasa. Seseorang yang berpuasa tidak dianjurkan berolah raga sampai tenaganya terkuras habis, atau sampai badan menjadi lelah. Melakukan olah raga yang ringan saja sudah cukup, seperti jogging atau senam.

Idealnya, olah raga dilaksanakan dua jam setelah berbuka puasa. Pada saat itu, perut sudah mulai kosong. Sebab, olah raga yang dilakukan dalam keadaan perut penuh, hasilnya justru kurang bagus. Olah raga juga bisa dilakukan satu jam atau 30 menit menjelang waktu berbuka, supaya pada saat waktu berbuka tiba, kita bisa segera minum untuk menghilangkan dahaga. Sebaliknya, kurang tepat apabila olah raga dilakukan setelah makan sahur karena perut dalam keadaan kenyang. Disamping mengganggu organ pencernaan, olah raga setelah makan sahur juga melelahkan dan menimbulkan rasa haus.
0 Comments
Komentar

No comments:

Post a Comment