Efek Blog

Tuesday 2 December 2014

PENGOBATAN ALTERNATIF PENYAKIT AUTOIMMUNE. SISTEMA LUPUS ERIMATOSUS (SLE)/ PENYAKIT SERIBU WAJAH

Kata lupus dari bahasa latin yang bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “Anjing Hutan”. Istilah ini mulai dikenal satu abad silam.

LUPUS adalah Peradangan kronis yang terjadi ketika sistem imun tubuh menyerang organ dan jaringan tubuh. Peradangan yang disebabkan oleh lupus dapat berefek pada berbagai sistem di dalam tubuh, antara lain sendi, kulit, ginjal, sel darah, jantung dan paru-paru.

Insidensi
Penyakit yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya.
Penyakit ini dapat mengenai semua lapisan masyarakat, 1-5 orang di antara 100.000 penduduk, bersifat genetik, dapat diturunkan. Wanita lebih sering 6-10 kali daripada pria, terutama pada usia 15-40 tahun. Bangsa Afrika dan Asia lebih rentan dibandingkan kulit putih. Dan tentu saja, keluarga Odapus. Timbulnya penyakit ini karena adanya faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres,” ujarnya. Penyakit ini justru kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga pria yang mengalaminya. Oleh karena itu dianggap diduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.

Patofisiologi
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, dalam penyakit ini kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas. Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :

Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.
Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun.Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang tadi bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh akan terganggu.

Jenis Penyakit Lupus
Ada empat jenis, yaitu :
1. Lupus -systemic lupus erythematosus,
Systemic lupus erythematosus adalah yang paling umum dan paling serius, menyerang organ tubuh seperti kulit, persendian, paru- paru, darah, pembuluh darah, jantung, ginjal, hati, otak dan syaraf.

2. Discoid lupus erythematosus (Cutaneus Lupus)
Lupus ini berefek hanya pada kulit. Mereka dengan lupus discoid mengalami ruam pada wajah, leher dan kulit kepala.
Sejumlah kecil mereka dengan discoid lupus juga dapat mengalami systemic lupus erythematosus, meskipun tidak mungkin untuk memprediksi siapa saja yang akan mengalami bentuk lupus yang lebih serius.

3. Drug-induced lupus erythematosus (DIL)
Lupus ini terjadi setelah anda menggunakan obat tertentu. Tidak semua orang yang menggunakan obat tersebut mengalami lupus. Lupus jenis ini berefek pada berbagai sistem di dalam tubuh. Tanda dan gejala biasanya hilang ketika anda berhenti menggunakan obat yang menyebabkan lupus jenis ini terjadi.

4. Neonatal lupus. Merupakan bentuk langka dari lupus yang berefek pada bayi yang baru lahir. Ibu degan antibody tertentu yang memiliki hubungan terhadap penyakit autoimun dapat menurunkannya pada bayi mereka –bahkan jika sang ibu tidak memiliki tanda maupun gejala penyakit autoimun tersebut. Neonatal lupus dapat hilang sebelum menunjukkan perkembangannya. Dalam kasus yang lebih serius dapat menyebabkan masalah pada sistem elektrik jantung (congenital heart block).

Penyebab (etiologi) Penyakit Lupus
Penyebab dari penyakit SLE belum diketahui dengan pasti. Selain factor keturunan (genetis) dan hormon, diketahui bahwa terdapat beberapa hal lain yang dapat menginduksi SLE, diantaranya adalah virus (Epstain Barr), obat (contoh : Hydralazin dan Procainamid), sinar UV, dan bahan kimia seperti hidrazyn yang terkandung dalam rokok, mercuri dan silica.

Hormon estrogen dapat meningkatkan ekspresi system imun, sedangkan androgen menekan ekspresi system imun. Hal ini menjelaskan mengapa SLE cenderung lebih banyak terjadi pada wanita dibanding pria. virus (Epstain Barr), obat obatan, dan bahan kimia dapat menyebabkan produksi antinuclear antibody (ANA) yang menjadi salah satu autoantibodi. Bagaimana sinar matahari dapat menyebabkan SLE masih belum dapat dimengerti sepenuhnya. Salah satu penjelasan adalah DNA yang tekena sinar UV secara normal akan bersifat antigenic, dan hal ini akan menimbulkan serangan setelah terkena paparan sinar.

Penyebab utama terjadinya SLE adalah karena produksi antibody dan pembentukan kompleks imun yang abnormal, sehingga dapat terbentuk antibody terhadap multiple nuclear, sitoplasmik, dan komponen permukaan sel dari berbagai tipe sel di berbagai system organ, dengan bantuan suatu penanda Ig G dan factor koagulan. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa SLE dapat menyerang berbagai system organ.

Pembentukan antibody yang berlebihan dapat dihasilkan oleh sel limfosit B yang hiperaktif. Hal-hal yang dapat menyebabkan hiperaktifnya sel limfosit B diantaranya adalah hilanya toleransi sel imun terhadap tubuh, bahan atau cemaran dari lingkungan yang bersifat antigenic, adanya antigen terhadap sel B dari sel B lainnya atau dari antigen pesaing cells (APCs), perubahan sel Th1 menjadi sel Th2 yang kemudian memicu produksi antibody sel B, dan supresi sel B yang tidak sempurna.

Auto-antibodi yang terbentuk umumnya menyerang bagian-bagian penyusun nucleus dalam sel yang sering disebut antinuclear antibody (ANA). Pada pasien SLE dapat ditemukan lebih dari satu macam ANA, yang dapat menyerang berbagai system organ. Antibody yang terbentuk juga dapat menyerang bagian fosfolipid dari activator kompleks protrombin (antikoagulan lupus) dan kardiolipin (antikardiolipin). Antikoagulan lupus dan antikardiolipin merupakan dua antibody yang termasuk kedalam golongan antibody antifosfolipid. Beberapa antibody tersebut dapat muncul bertahun-tahun sebelum diagnosis dapat ditegakkan, namun ada juga beberapa antibody yang muncul dalam hitungan bulan sebelumnya.

Serangkaian reaksi akibat kerusakan regulasi system imun yang kemudian memacu sel B untuk memproduksi autoantibodi, pembentukan kompleks imun yang diikuti oleh aktivasi komplemen, akan menyebabkan inflamasi dan kerusakan pada berbagai jaringan serta organ.

Faktor risiko terjadinya LUPUS (SLE)
Meskipun para doker tidak mengetahui apa yang menyebabkan lupus pada banyak kasus, mereka telah mengidentifikasi faktor apa saja yang meningkatkan risiko penyakit ini, antara lain:
1. Jenis kelamin : Lupus lebih umum pada wanita.
2. Usia : Meskipun lupus dapat berefek pada segala usia, termasuk bayi, anak dan orang dewasa, tetapi lupus paling umum terdiagnosis pada mereka yang berusia antara 15 sampai 40 tahun.
3. Ras : Lupus umumnya terdapat pada ras Afrika, Hispanics dan Asia.
4. Sinar matahari : Terkena sinar matahari dapat membawa pada lupus kulit atau memicu respon internal pada mereka yang rentan.
5. Obat tertentu : Obat tertentu yang digunakan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan drug-induced lupus. Banyak obat yang secara potensial dapat memicu lupus, sebagai contoh antara lain adalah antipsychotic chlorpromazine; obat tekanan darah tinggi, seperti hydralazine; obat tuberculosis isonoazid dan obat jantung procainamide. Biasanya membutuhkan jangka waktu penggunaan dalam beberapa bulan sebelum gejala timbul.

Terinfeksi virus Epstein-Barr
Merupakan virus yang biasanya tertidur di dalam sel dari sistem imun anda meskipun tidak jelas alasan mengapa dan apa yang membuat virus tersebut aktif kembali.

Terkena zat kimia
Beberapa studi menunjukkan bahwa mereka yang bekerja dan rentan terekspos merkuri dan silica memiliki peningkatan risiko lupus. Merokok juga dapat meningkatkan risiko mengalami lupus.

Gejala Penyakit Lupus
Lupus seringkali sulit untuk didiagnosa karena gejalanya yang mirip dengan penyakit umum lainnya, dan penyebab serta pengobatan dari penyakit itu belum diketahui dengan pasti.
Itulah sebabnya penyakit Lupus disebut sebagai "penyakit seribu wajah" karena gejalanya sama dengan gejala penyakit manapun pada umumnya. Bila penyakit ini menyerang organ jantung maka gejala penyakit akan seperti penyakit jantung. Beberapa gejala awal yang dialami pasien Lupus, antara lain sakit pada sendi dan tulang, demam berkepanjangan bukan karena infeksi, anemia, dan cepat lelah. Sedangkan gejala yang dialami pasien pada tahap lanjut penyakit Lupus, diantaranya bercak merah berbentuk seperti kupu-kupu (butterfly rash), ujung jari berwarna pucat kebiruan, kejang, sakit kepala, stroke, dan keguguran pada ibu hamil.

Apabila empat dari gejala tersebut terdapat pada seseorang maka segera periksa ke dokter. Jika tidak diketahui sejak dini, Lupus sama berbahayanya dengan kanker, penyakit jantung, maupun AIDS dan bisa menyebakan kematian. Hal itu karena Lupus dapat menyerang organ tubuh vital seseorang dengan sangat mudah, seperti jantung, ginjal, hati, paru-paru, selain itu, akibat sifat dan gejala dari Lupus yang menyerupai penyakit umum lain, diagnosa penyakit ini biasanya diperoleh setelah dokter secara bertahap mempelajari riwayat kesehatan pasien dan menggabungkan berbagai keluhan pasien.

Diagnosis
Adanya empat atau lebih dari 11 kriteria baik secara serial maupun simultan cukup untuk menegakkan diagnosis. Kriteria diagnosis untuk SLE diantaranya adalah :
  • ruam di daerah malar
  • ruam discoid 
  • fotosensitivitas 
  • ulkus pada mulut 
  • arthritis : tidak erosive, pada dua atau lebih sendi-sendi perifer 
  • serositis : pleuritis atau perikarditis 
  • gangguan pada ginjal ; proteinuria persisten yang lebih dari 0,5 g/hari 
  • gangguan neurulogik : kejang atau psikosis 
  • gangguan hematologik : anemia hemolitik, leukopenia, limfopenia, atau trombositopenia
  • gangguan imunologik : sel-sel lupus eritematosus (LE) positif, anti DNA 
  • antibody antinuclear (ANA)
Uji laboratorium
ANA positif pada lebih dari 95% pasien lupus. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya antibody yang mampu menghancurkan inti dari sel-sel tubuh sendiri. Selain mendeteksi adanya ANA, juga berguna untuk mengevaluasi pola dari ANA dan antibody spesifik. Pola ANA diketahui dari pemeriksaan preparat dibawah sinar UV. Pemeriksaan ini berguna untuk membedakan SLE dari tipe-tipe gangguan lainnya.
antibody terhadap dsDNA merupakan uji spesifik untuk SLE. Gangguan reumatologik lain dapat menyebabkan ANA positif, tetapi antibody anti DNA jarang ditemukan kecuali pada SLE.
laju enap darah pada pasien SLE biasanya meningkat. Ini adalah uji nonspesifik untuk mengukur peradangan dan tidak berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit.
uji factor LE. Sel LE dibentuk dengan merusak beberapa leukosit pasien sehingga sel-sel tersebut mengeluarkan nukleoproteinnya. Protein ini bereaksi dengan IgG, dan kompleks ini difagositosis oleh leukosit normal yang masih ada.
urin diperiksa untuk mengetahui adanya protein, laukosit, dan eritrosit. Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya komplikasi ginjal dan untuk memantau perkembangan penyakit.

Prognosis
Pada penyakit yang parah, resiko yang terbesar adalah iatrogenik obat, dimana akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Survival pasien SLE adalah sekitar 7 % dalam 10 tahun. Survival paling rendah terjadi pada pasien bukan kulit putih, pada kelompok dengan tingkat sosio-ekonomi rendah dan pada pasien dengan keterlibatan ginjal, otak, paru atau jantung yang parah. CAD, gagal ginjal dan infeksi adalah penyebab utama kematian pada pasien SLE.

OBAT ALTERNATIF, TRADISIONAL, HERBAL ALAMI, DAN TERAPI NATUROPATHY pada PENYAKIT SLE/ LUPUS/ PENYAKIT SERIBU WAJAH 
DENGAN TAHITIAN NONI BIOACTIVE BEVERAGE
Mekanisme kerja secara ilmiah TAHITIAN NONI BIOACTIVE BEVERAGE (TNBB) mampu bekerja di tingkat molekular untuk :
1. meningkatkan dan merevitalisasi sistem kerja tubuh (self healing), bekerja melindungi, memperbaiki, mengaktifkan, meremajakan dan meregenerasi sel secara optimal.
2. Memberikan efek manfaat yang optimal serta aman dikonsumsi baik oleh wanita hamil, menyusui, bayi, anak-anak hinggak orang dewasa, yang mencakup segala kondisi kesehatan.

Peranan Tahitian Noni Bioactive Beverage (TNBB) untuk Penyakit Lupus
  • Super antioksi dan sebagai antioksidan eksogenous atau disebut juga sebagai antioksidan di dalam tubuh.
  • Imunomodulator, yaitu mengandung bahan yang dapat meningkatkan kerja komponen-komponen sistem imun.
  • Memiliki zat bioaktif utama yaitu iridoid. Zat ini bekerja di tingkat gen dan mampu memperbaiki kerusakan sel. Selain itu iridoid juga bersifa adaptogen.
  • TNBB bersifat autoimun yang dapat menormalkan sistem imunitas tubuh.
  • Sebagai anti inflamasi atau anti peradangan potensial, iridoid dapat memperbaiki kerusakan sel.
  • TNBB merupakan analgesik yang kuat (anti rasa sakit)

Terapi Supportif yang dapat di berikan adalah:
Berdoa adalah yang terbaik dilakukan sebagai sarana untuk aktivitas spiritual dalam rangka untuk menumbuhkan keyakinan.
Perbaikan Gaya Hidup menjadi keharusan agar lupus tidak sering kambuh.
Harus istirahat yang cukup.
Ketika lupus bisa dikontrol dengan baik, bekerjalah seperti biasa.
Menghindar dari paparan sinar matahari langsung, khususnya dari jam 08.00 wib pagi sampai dengan jam 15.00 wib siang.
Diet yang seimbang, harus bisa mengatur asupan nutrisi dengan baik.
Mengendalikan stres. Ini perlu dilakukan agar tercipta pikiran yang selaras

Patent terapi Tahitian Noni Bioactive Beverage sebagai pencegah dan memperbaiki penyakit autoimmunedengan baik :
a. mereduksi kerusakan selular didalam tubuh manusia
Tahitian Noni dapat me-refungsionalisasi sel yang positif, meningkatkan daya absorbsi sel terhadap nutrisi yang bermanfaat dan regenerasi seluler, menstimulasi produksi sel Limfosit T, dapat meningkatkan respon imun untuk mencegah infeksi, membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus, membersihkan radikal bebas (SAR, LPO, HPETEs), meningkatkan pertahanan terhadap stres oksidatif (kerusakan protein, karbohidrat, lipid, dan DNA tubuh) sehingga dapat mereduksi kerusakan struktur dan fungsi seluler (mencegah inisiasi/implikasi terjadinya penyakit). Intinya, paten ini menegaskan keunggulan Tahitian Noni dalam mereduksi kerusakan seluler di dalam tubuh manusia. Paten ini dapat kita lihat di WO 02/43664 A2

b.Formula Dasar dan Metode Aplikasi Morinda Citrifolia L sebagai Antiviral:Morinda Citrifolia L dapat menginhibisi dan mentritment serta prevensi terhadap penyakit yang berhubungan dengan kelebihan enzim Katepsin, Peptidase HIV-1 dan enzim NF-kB. Sebagai manajemen infeksi AIDS, Kanker, Autoimmune dan Degenerative. WO/2007/064601

c. Komposisi Dasar Morinda Citrifolia L, untuk Mentritmen Penyakit Inflamasi dengan cara menginhibisi COX-1, COX2, Interleukin -1, interleukin -6, TNF-a, HLE dan iNOS : Morinda Citrifolia L sebagai preventive dan tritmen penyakit Inflamasi, termasuk penyakit Infeksi, kanker kulit, nekrosis tumor, arthritis rheumatoid, sirosis alkoholik, lupus erithematosus, karsinoma, infeksi mikroba, parasit, crohn, emfisema pulmonal, kistik fibrosis, bronkhitis kronis, sindrom distres respirasi akut (ARDS), glomerulonefritis, Iskhemia serebal, syok septik, disfungsi miokadium, dan gangguan curah jantung) WO/2007/076024


d. Metode dan Komposisi Morinda Citrifolia L untuk Mentritmen Gangguan Dermatologi : mencakup kulit kering, ketombe, kutil, jerawat, kerapuhan rambut, infeksi kuku, kertosis, psoriasis, eksim, pruritus, noda penuaan, kurang lembab, vena laba-laba, purpura senil, lentiginis, melasmas, guratan kulit, bisul, mengkerut, atrofi, impetigo, lesi prakanker, hiperpigmentasi, hiperkeratotik dan inflamasi dermatosis USPTO 20030091666
0 Comments
Komentar

No comments:

Post a Comment